Outlook Economy Jatim 2023, Tahun Penuh Tantangan ataukah Peluang?
BI – Outlook Economy, kata yang sering kita dengar di waktu bulan penghujung tahun. Berbagai makna outlook, mulai arti sebagai ramalan, pemandangan, pandangan, kemungkinan yang akan terjadi, juga mengandung arti sikap, harapan, keyakinan bahkan kesimpulan sementara yang besifat hipotetik.
Sedangkan ekonomi bermakna luas terkait perilaku aktivitas manusia dalam berkegiatan produksi, distribusi, konsumsi terhadap barang dan jasa yang perlu pengaturan untuk mencapai tujuan mencapai nilai yang lebih baik berupa pertumbuhan aset dari kinerja usaha yang baik melalui perolehan keuntungan.
Begitu pentingnya kah outlook ekonomi, khususnya bagi kita yang berdomisili dan beraktifitas produktif di Jatim? Sun-Tzu, Panglima perang dan ahli militer yang banyak memiliki strategi ilmu dan tata cara perang, banyak pemikirannya diadopsi dalam ekonomi oleh para pelaku usaha.
Salah dua yang diingatkan adalah bagaimana kita harus mengenali medan dan iklim saat “berperang”, selain jalan, komando dan aturan. Medan dan iklim yang dijalani oleh pelaku usaha yang relatif analog dengan keadaan ini.
Diperlukan pemahaman yang baik terhadap pengaruh faktor-faktor medan dan iklim usaha berupa situasi Geo politik, kebijakan negara-negara berpengaruh besar, sikap kawasan terdekat, perkiraan kebijakan/regulasi dan keberpihakan pemerintah, dinamika industri, perilaku kompetitor atau saat ini lebih tepat sebagai kolaborator karena era dan konsep kompetisi sudah mulai ditinggalkan.
Mengingat pentingnya menjaga momentum kebangkitan ekonomi dan dunia usaha Indonesia pasca pandemic Covid-19, khususnya di Jawa Timur. Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Timur dibawah kepemimpinan Prof. Dr. John L. Hutagaol, M.Acc., M.Ec (Hons), S.E, Ak., C.A menyelenggarakan Seminar bertajuk “Outlook Perekonomian Jawa Timur Tahun 2023”.
Tujuan acara ini adalah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur terus meningkat. FORKAS dalam kegiatan ini diwakili oleh Reswanda selaku Bidang Advokasi dan Bapak Henri Setiawan selaku Wakil Ketua FORKAS.
Acara dibuka oleh Wakil Gubernur Jatim, Dr. H. Emil Elestianto Dardak, B.Bus., M.Sc mewakili Gubernur Jatim yang sedang di Malaysia dalam rangka Misi Dagang Jatim di Malaysia.
Dalam kata sambutan dan paparannya Wagub Jatim menyampaikan bahwa Pemerintah Provinsi Jatim sesuai jargon Jatim Bangkit tetap optimis bahwa Pemprov Jatim akan memberikan memberikan dukungan kepada dunia dan pelaku usaha di Jatim untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang merupakan predessesor meningkatnya kesehjtreraan warga Jawa Timur.
Wagub juga memberikan apresiasi kepada Perwakilan Kementerian Keuangan, BI, BPS, Ditjen Perbendaharan Perwakilan yang ada Di Jawa Timur. Selain itu, beliau menyampaikan apresiasi kepada FORKAS, KADIN, APINDO, KAD dan Asosiasi-Asosiasi usaha seperti IISIA, REI dan lain-lain serta pelaku usaha yang selalu aktif dalam membangun Jawa Timur dan mengikuti rangkaian-rangkaian acara sejenis.
Wagub Jatim menyampaikan bahwa satu hal yang terpenting dalam berinvestasi di Jatim, adalah ICOR (Incremental Capital to Output Ratio) Jatim selalu menunjukkan angka dibawah rerata Nasional.
Artinya untuk menghasilkan satu satuan output, dibutuhkan investasi yang lebih sedikit di Jawa Timur dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Jadi Jawa Timur adalah tempat yang sangat layak untuk berinvestasi dan membangun usaha lebih baik.
Narasumber dalam acara ini adalah Dr. Dadang Hardiwan, S.Si., M.Si selaku Kepala BPS Provinsi Jawa Timur, Budi Hanoto selaku Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, Bambang Mukti Riyadi selaku Kepala OJK Regional 4 Jawa Timur dan Taukhid, SE., MBA., M.Sc. I.B Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Jawa Timur yang sekaligus sebagai Regional Chief Economist Ditjen Perbendaharaan.
Dari keseluruhan narasumber menampilakan Outlook perekonomian Jatim 2023 masih dalam pengaruh situasi global berupa dampak perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan dan menyebabkan rantai pasok dunia terganggu dan menjadi lebih sulit dan mahal, lalu kebijakan Zero Tolerance Pandemic Covid di China, kebijakan proteksionisme berbagai negara, dan beberapa hal lain seperti krisis pangan yang menyebabkan inflasi global melonjak, pengetatan likuiditas dan kenaikan suku bunga, pengetatan kebijakan moneter, yang menyebabkan rangk
aian potensi krisis utang global dan potensi terjadinya Stagflasi. Situasi Stagflasi ini berupa pelemaham ekonomi global yang disertai tingginya inflasi akibat kombinasi yang sangat berbahaya dan rumit secara kebijakan ekonomi penyelesaiannya.
Data dari Ditjen Perbendaharan Kemenkeu RI bahwa APBD Jatim 2023 Belanja Rp. 29,12T dan Pendapatan Rp. 27.84T. Proyeksi inflasi 2023 diperkirakan sekitar 6.5% dan Growth Economy Indonesia 5.0%, sedangkan global sekitar 2.7%. Sedangkan perkiraan BI bahwa Growth economy Indonesia 2023 antara 4.5% s.d 5.3% dan inflasi 2023 sebesar 3 +/- 1%. Sedangkan OJK Perwakilan Jatim akan mendukung melalui kebijakan ekspansi kredit dan dukungan pada segmen, sektor tertentu untuk relaksasi sampai dengan 31 Maret 2024 yaitu bagi sektor UMKM, sektor penyediaan akomodasi dan makan minuman serta industri yang menyediakan lapangan kerja besar seperti industri tekstil, produk tekstil dan industri alas kaki.
BPS menampilkan data yang menarik untuk dampak global, dengan istilah The Perfect Storm (5C) yaitu Cost of Living, Commodity Prices, Covid-19, Conflict Rusia-Ukraine dan Climate Change yang dampaknya dirasakan akan sangat kuat pada negara berkembang.
Hal ini yang disampaikan Presiden Jokowi pada KTT G-20 2022 beberapa waktu lalu. Growth ekonomi global diperkirakan tertekan pada tahun 2023 dari 3.6% menjadi 2.7%. sedangkan inflasi global antara 4.1% s.d 6.9%.
Namun BPS memperkirakan bahwa perekonomian Jawa Timur akan impresif dimana mengacu pada data indikator ekonomi Jatim 2022. Data pertumbuhan ekonomi riil 2022 dari BPS sebesar 5.53% dan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5.40%.
Pendorong utama dari Jawa Timur adalah industri berbasis pengolahan dan perdagangan serta pertanian yang hamper 60% kontribusinya. Data menarik lain adalah perdagangan antar wilayah Jatim, dimana total pembelian Rp. 137,6 T dan penjualan Rp. 227,52 T atau surplus Rp. 89,92T.
Produksi Padi di Jatim juga tertinggi se-Indonesia sebesar 9.68 juta ton GKG. Data ekspor Jatim naik 6,00% dan impor juga naik 23.37% (Y-on-Y), sehingga neraca perdagangan Jatim selalu defisit sampai pada Nov 2022 sebesar USD 8,53Miliar.
Hal ini dikarenakan Jatim unggul dalam sektor pengolahan dan sifatnya dominan. Sektor ini mendatangkan bahan industri import dan dijual lagi dalam bentuk barang jadi.
Hal yang menjadi potensi berikutnya bagi Jawa Timur adalah data kunjungan wisatawan mancanegara yang meningkat pada 2022 sebesar 6.269% dibandingkan pada tahun 2021. Data ini juga menunjukkan bahwa baru 25% dibandingkan kunjungan ditahun 2019 dengan kunjungan sekitar 202.573 wisatawan yang berkunjung ke Jatim. Dengan demikian, selain tantangan terdapat peluang besar bagi dunia dan pelaku usaha di Jatim pada tahun 2023 untuk bertumbuh.**