Bisnis Perkantoran akan Menghadapi Banyak Tantangan

0
79

BI-Konsep bekerja di mana saja, tak harus di kantor yang menjadi tren di Amerika Serikat (AS) mengakibatkan gedung-gedung perkantoran menjadi sepi.

Tren itu menimbulkan kekhawatiran terkait penurunan nilai properti dan risiko kerugian bagi pemilik properti yang memiliki pinjaman. Ujung-ujungnya tren itu dapat makin menekan bank-bank skala kecil.

“Akan ada bank bangkrut, tapi ini bukan bank-bank besar,” kata Ketua bank sentral AS, Federal Reserve, Jerome Powell dikutip VOA Indonesia, Senin (11/3/2024).

Di San Francisco, Washington, dan bahkan New York, jumlah orang yang bekerja di kantor hanya separuh dibandingkan sebelum pandemi. Para pekerja kantoran enggan untuk kembali bekerja.

Tingkat kekosongan kantor di seluruh negeri meningkat menjadi 13,5 persen pada 2023 dari 9,5 persen pada 2019. Angka tersebut diperkirakan bisa merayap naik mencapai 16,6 persen pada akhir tahun depan, kata perusahaan kredit Fitch Ratings dalam laporan yang dilansir pada Desember.

“Di banyak kota, kawasan perkantoran di pusat kota sangat sedikit sekali penggunanya,” kata Powell dalam sidang Kongres minggu ini.

Bagaimana di Indonesia?

Pasar perkantoran di Indonesia mengalami pasang surut dalam beberapa tahun terakhir. Di masa pandemi, tren kerja dari rumah (WFH) mendominasi, menyebabkan banyak ruang kantor kosong. Namun, situasi ini mulai berubah dengan kembalinya tren kerja hybrid dan WFO (Work From Office).

Beberapa faktor yang mempengaruhi tren perkantoran di Indonesia:

Kebijakan pemerintah terkait pembatasan sosial dan protokol kesehatan di masa pandemi turut mempengaruhi tingkat okupansi ruang kantor.

Pasokan ruang kantor yang tinggi dan permintaan yang belum stabil dapat menyebabkan kekosongan ruang kantor.

Semakin banyak perusahaan yang menerapkan sistem kerja hybrid, sehingga kebutuhan ruang kantor pun berkurang.

Teknologi komunikasi yang semakin canggih memungkinkan karyawan untuk bekerja secara efektif dari mana saja.

Kondisi ekonomi makro yang tidak stabil dapat mempengaruhi keputusan perusahaan untuk menyewa atau membeli ruang kantor.
Prediksi:

Pasar perkantoran diprediksi masih akan mengalami fluktuasi dalam beberapa tahun ke depan.

Permintaan ruang kantor diprediksi akan kembali meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi dan kembalinya tren WFO.

Perusahaan akan lebih memilih ruang kantor yang fleksibel dan adaptif dengan berbagai kebutuhan.

Ruang kantor dengan lokasi strategis dan fasilitas yang lengkap akan tetap diminati.

Meskipun terdapat kekhawatiran tentang kekosongan ruang kantor, namun peluang baru juga muncul di pasar perkantoran Indonesia. Perusahaan yang mampu beradaptasi dengan tren dan kebutuhan baru akan dapat memanfaatkan peluang ini untuk mendapatkan ruang kantor yang ideal dan meningkatkan kinerja bisnis.**

Leave a reply