Telur bebek, meskipun kaya protein hewani, masih kalah populer dibandingkan sumber protein lainnya. Hal ini dikarenakan tingginya kadar kolesterol dan bau amis yang melekat pada telur bebek. Faktor ini membuat banyak orang enggan mengonsumsinya.
Permasalahan ini berdampak pada para peternak dan buruh peternakan telur bebek. Rendahnya permintaan pasar mengakibatkan kegagalan dalam berbisnis.
Menyadari hal itu, sekelompok mahasiswa wirausaha dari prodi Akuntansi FEB Unair, di bawah kepemimpinan Rizky Ahmad Maulana Hamdany, tergerak untuk berinovasi. Mereka menciptakan telur bebek rendah kolesterol dan bebas bau amis melalui usaha bertajuk “Duck Point Special Egg with Low Cholesterol”.
Inovasi ini mengantarkan mereka lolos pendanaan Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) Kemdikbud Ristek RI. “Awalnya, ini adalah bisnis keluarga di Kabupaten Probolinggo. Awalnya hanya peternakan bebek biasa,” jelas Rizky di Surabaya, beberapa bulan yang lalu.
Untuk menghasilkan telur bebek yang rendah kolesterol dan bebas bau amis, Rizky dan timnya menerapkan beberapa langkah dalam peternakan bebek mereka. Salah satunya adalah “fresh garlic treatment” untuk mengurangi kadar kolesterol.
“Kami merendam pakan bebek dengan air bawang selama satu malam. Kemudian, bebek diberi pakan rendaman air bawang dengan komposisi tertentu sehingga telur yang dihasilkan memiliki kadar kolesterol yang lebih rendah,” terang Rizky.
Selain “fresh garlic treatment”, mereka juga menerapkan “betel chalk treatment” dalam proses produksi telur bebek. “Telur bebek direndam dalam air kapur sirih selama tiga jam. Cara ini terbukti dapat mengurangi bau amis telur bebek,” tutur mahasiswa angkatan 2021 tersebut.
Dibimbingi oleh Ni Made Gitanadya SM MM, Rizky dan timnya berharap dapat meningkatkan kesejahteraan para peternak bebek, terutama di Kabupaten Probolinggo.
“Kami ingin menyejahterakan para buruh peternak bebek di Kabupaten Probolinggo dengan memberikan pelatihan, kesempatan kerja, dan gaji yang lebih layak melalui usaha Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) ini,” ungkap Rizky.
Menggunakan tagline “Ada Doa Peternak Bebek di Setiap Butirnya,” kelima mahasiswa yang memiliki minat di bidang bisnis ini juga bercita-cita untuk melakukan ekspansi bisnis dari inovasi mereka.
“Saat ini, kami memproduksi 90-100 butir telur per hari, tergantung kondisi bebek. Kami ingin memperluas bisnis hingga mencapai 200 telur per hari,” pungkas Rizky di akhir wawancara.
Inovasi ini menjadi bukti bahwa mahasiswa tidak hanya mampu belajar di kelas, tetapi juga berkarya dan memberikan solusi nyata bagi permasalahan masyarakat.***