Warga Banyuwangi Kembangkan dan Pasarkan Minyak Bekatul
BI-Warga di Desa Kajarharjo, Glenmore, Banyuwangi tengah mengembangkan industri skala rumahan pengolahan minyak bekatul. Produk tersebut terlahir hasil kolaborasi peneliti Universitas PGRI Banyuwangi (UNIBA) dengan masyarakat yang telah dikembangkan sejak setahun lalu.
Kali ini para peneliti tengah berfokus membina warga supaya kemudian dapat memproduksi secara mandiri.
Tim pengabdian dan penelitian UNIBA, Megandhi Gusti Wardhana mengatakan minyak bekatul atau rice bran oil adalah minyak yang dihasilkan dari pengolahan bekatul atau kulit ari padi. Minyak bekatul tergolong lemak tak jenuh yang masuk dalam kategori minyak sayur.
Di Desa Kajarharjo, minyak ini telah berhasil diproduksi sejak setahun lalu. Dan kali ini dilakukan workshop kepada warga. Dalam program ini, tim pengabdian memberikan pelatihan dan pendampingan kepada kelompok ibu-ibu petani di desa tersebut untuk meningkatkan kualitas produksi dan memperluas pasar produk minyak bekatul.
“Setelah berhasil diproduksi, tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana produk ini bisa lebih tahan lama dan memiliki kualitas yang baik. Selain itu, penting juga untuk meningkatkan strategi pemasaran agar produk ini bisa dikenal lebih luas,” ujar Megandhi, Sabtu (21/9/2024).
Megandhi menjelaskan dalam workshop, kualitas produk menjadi fokus utama. Karena sebelumnya minyak bekatul yang diproduksi mengalami penurunan kualitas karena pengemasannya kurang optimal.
Saat itu, minyak disaring menggunakan spinner sederhana dan dikemas dalam botol kaca bekas dengan penutup plastik, sehingga dalam waktu dua minggu minyak sudah mulai berbau tengik sehingga tidak layak edar.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, tim pengabdian menerapkan beberapa inovasi. Kali ini, pengemasan minyak bekatul menggunakan mesin filling liquid yang lebih modern.
“Selain itu, penambahan zat pengawet butylated hydroxyanisole (BHA) diterapkan agar minyak tidak cepat tengik,” bebernya.
Selanjutnya juga dilakukan pelatihan singkat tentang manajemen kewirausahaan, pengelolaan keuangan, dan strategi pemasaran digital untuk membantu ibu-ibu petani memperluas pasar produk mereka.
Sebelumnya, warga binaan sempat memasarkan produk. Namun skalanya terbatas dengan tampilan produk yang jauh dari kata menarik.
“Sehingga warga kami latih juga bagaimana metode pengemasan dan pemasarannya,” terangnya.
“Melalui program ini, diharapkan pendapatan para petani padi dapat meningkat. Kami berharap dengan pengemasan yang lebih baik dan peningkatan kualitas minyak bekatul, nilai jual produk ini bisa lebih tinggi. Selain itu, dengan strategi pemasaran digital, kami optimis produk minyak bekatul dari Desa Kajarharjo bisa menembus pasar yang lebih luas,” tandas Megandhi.**