Kadin Proyeksikan PDRB Jatim Tumbuh 5,3 Persen 2026

0
31

BI-Ketua Umum Kadin Jawa Timur Adik Dwi Putranto memproyeksikan Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim pada 2026 solid yakni mencapai 5,3 persen.

“Pertumbuhan ini didukung oleh konsumsi domestik yang solid, investasi yang meningkat, serta kinerja ekspor yang membaik,” katanya di Surabaya, Kamis.

Untuk inflasi diperkirakan tetap stabil di kisaran 2 persen sampai 3 persen dengan menjaga daya beli masyarakat tetap kuat.

Meski demikian, Adik mengingatkan potensi kenaikan harga komoditas pangan menjelang hari raya akan tetap diwaspadai misalnya harga telur, minyak goreng, dan tarif angkutan yang historis melonjak saat Natal dan Tahun Baru.

‎Sementara realisasi investasi juga diperkirakan melampaui capaian 2025 seiring berlanjutnya berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN) serta kemudahan perizinan yang semakin baik.

Adik menuturkan dengan berlanjutnya PSN di wilayah Jatim seperti pembangunan infrastruktur jalan tol, kawasan industri baru, serta hilirisasi smelter maka akan mendorong realisasi investasi kian meningkat pada 2026.

“Dengan berbagai kemudahan perizinan dan insentif yang disediakan, tren investasi 2026 diproyeksikan naik moderat melampaui capaian 2025, menopang ekspansi kapasitas produksi dan penciptaan lapangan kerja baru,” katanya.

‎Di sektor perdagangan luar negeri, kata Adik, ekspor Jawa Timur diperkirakan tumbuh positif pada 2026 sejalan dengan pemulihan negara mitra dagang utama.

Komoditas ekspor andalan Jatim cukup beragam mulai hasil manufaktur seperti produk olahan makanan, bahan kimia, tekstil, hingga produk logam hingga hasil pertanian dan perikanan.

Bahkan, Jawa Timur tercatat pengekspor perikanan terbesar nasional pada 2022 yakni mencapai 381 ribu ton dengan komoditas unggulan udang 84,6 ribu ton dan ikan tuna 54,2 ribu ton.

‎Dari sisi ketenagakerjaan diperkirakan tetap stabil yakni dengan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen maka TPT berpotensi terjaga di kisaran 3,4 persen sampai 4 persen.

Sementara tantangan yang perlu diperhatikan adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) karena tingkat pengangguran masih relatif tinggi pada lulusan SMK dan perguruan tinggi.

Untuk itu, penguatan link and match antara pendidikan vokasi dan kebutuhan industri menjadi fokus strategis agar pertumbuhan ekonomi pada 2026 benar-benar inklusif dan mampu menyerap tenaga kerja secara optimal.***

Leave a reply