Pertumbuhan Ekonomi Kuat di Triwulan III-2023, Dorongan Positif untuk Domestik
BI – Di tengah gejolak ekonomi global, kinerja ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan sebesar 4,94 persen (YoY), meskipun mengalami perlambatan dibanding periode sebelumnya yang mencapai 5,17 persen (YoY).
Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, menyatakan pada Jumat (29/12/2023) bahwa pertumbuhan ekonomi yang kuat ini didorong oleh permintaan yang stabil, tercermin dari konsumsi rumah tangga yang kokoh dan peningkatan investasi. Ini terjadi di tengah penurunan pengeluaran pemerintah, serta kinerja ekspor yang melambat, akibat pergeseran belanja pegawai dan penurunan nilai ekspor dan impor sejalan dengan perlambatan ekonomi global.
Pertumbuhan ekonomi domestik yang mencuat juga tercermin pada sektor perbankan, terlihat dari pertumbuhan kredit (bank umum) yang masih solid, mencapai 8,96 persen (YoY), meskipun mengalami perlambatan dari tahun sebelumnya yang mencapai 11,00 persen (YoY). Pertumbuhan kredit ini didorong oleh membaiknya aktivitas usaha dan peningkatan optimisme konsumen.
Meski begitu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga masih tercatat positif sebesar 6,54 persen (YoY), meskipun melambat sedikit dari tahun sebelumnya yang mencapai 6,77 persen (YoY). Faktor-faktor seperti tingginya surplus perusahaan, penyesuaian status pandemi menjadi endemi, dan peralihan arus dana non-residen ke luar negeri ikut mempengaruhi perlambatan pertumbuhan DPK.
Perlambatan DPK dan Kredit juga dipengaruhi oleh kebijakan beberapa perusahaan yang melakukan pendanaan sendiri menggunakan surplus kas di perbankan untuk kebutuhan belanja operasional, sejalan dengan perlambatan pertumbuhan Kredit Modal Kerja (KMK) dibanding tahun sebelumnya.
Dalam situasi ini, likuiditas bank umum masih di level memadai, terlihat dari rasio AL/NCD dan AL/DPK yang masing-masing mencapai 115,37 persen dan 25,83 persen, jauh di atas ambang batas. Tingkat permodalan juga solid dengan CAR mencapai 27,33 persen, didukung oleh peningkatan tingkat rentabilitas (ROA) yang meningkat akibat peningkatan efisiensi perbankan. Risiko kredit juga terpantau membaik dengan penurunan rasio NPL gross dan NPL net menjadi masing-masing 2,43 persen dan 0,77 persen.