Dosen Ekonomi Unair : Cryptocurrency Berpotensi Gantikan Mata Uang Konvensional
BI-Cryptocurrency telah menjadi topik yang semakin dominan dalam percakapan ekonomi global. Klaim bahwa pada masa depan berpotensi menggantikan mata uang konvensional mengundang diskusi yang luas. Cryptocurrency merupakan inovasi yang muncul dari penerapan teknologi blockchain. Teknologi itu memungkinkan pencatatan dan verifikasi transaksi tanpa perlu server terpusat.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga Muhammad Said Fathurrohman SE MSc mengatakan bahwa cryptocurrency saat ini berada dalam tahap eksperimen dalam evolusi sistem moneter. Keberhasilannya masih bergantung pada penerimaan dan penggunaan luas oleh masyarakat global.
“Posisi cryptocurrency saat ini terlihat sebagai tahap eksperimen. Pada awalnya, teknologi ini diadopsi oleh sekelompok early adopter, namun kesuksesannya bergantung pada apakah manfaatnya dirasakan secara luas oleh masyarakat,” ungkapnya, di Surabaya, Selasa (26/3/2024).
Uang telah berevolusi dari komoditas fisik menjadi uang kertas yang didukung oleh negara. Namun, cryptocurrency tidak memiliki dukungan negara dan nilainya tidak terkait dengan komoditas fisik. Meskipun demikian, cryptocurrency memiliki keunggulan karena tidak terpengaruh oleh intervensi pemerintah.
“Cryptocurrency memiliki keunggulan karena tidak terpengaruh oleh intervensi pemerintah. Meskipun ini tampak sebagai kelemahan, sebenarnya dapat menjadi keunggulan karena pemerintah belum tentu mengelola uang dengan baik,” jelas Said.
Tantangan Cryptocurrency
Ia juga menjelaskan terkait tantangan yang dihadapi cryptocurrency untuk dapat digunakan secara luas adalah legalitasnya di bawah regulasi pemerintah. Meskipun hal itu merupakan tantangan yang signifikan, namun tantangan utama sebenarnya terkait dengan efek jaringan atau network effect.
Setiap platform membutuhkan efek jaringan yang kuat di mana semakin banyak pengguna yang bergabung, semakin bernilai dan menarik platform tersebut. Adopsi masal dapat dipicu oleh peristiwa atau krisis ekonomi yang luas di mana cryptocurrency dapat menjadi alternatif yang menarik bagi masyarakat.
“Cryptocurrency dapat mengalami adopsi massal dalam situasi krisis ekonomi atau keuangan di mana mata uang konvensional mengalami kejatuhan nilai yang signifikan. Dalam kondisi seperti itu, cryptocurrency dapat menjadi alternatif solusi untuk menggantikan mata uang yang mengalami krisis tersebut,” tuturnya.
Resiko utama cryptocurrency adalah ketidakstabilan nilainya. Meskipun fluktuasi harga bisa menjadi daya tarik bagi para investor yang menyukai risiko. Namun bagi masyarakat umum, fluktuasi nilai yang sangat besar menjadi masalah serius. Kehilangan nilai tabungan secara tiba-tiba bisa sangat merugikan bagi kebanyakan orang, meskipun ada potensi keuntungan yang besar.
Said sebut perlu ada langkah-langkah untuk menjadikan nilainya stabil. “Salah satu cara yang dapat diambil adalah dengan mengaitkannya dengan mata uang fiat atau aset lain yang stabil, sehingga mengurangi fluktuasi nilai dan membuatnya lebih mudah diterima oleh masyarakat luas,” tutupnya.**