6 Dampak Buruk Kenaikan PPN Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
BI-Tahun ini, pemerintah telah menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11 persen, sebelumnya 10 persen. Tahun depan bakal naik lagi menjadi 12 persen.
Kenaikan PPN ini merupakan amanat dari UU No 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP), khususnya pasal 7 ayat 1.
Belakangan, kenaikan PPN meski hanya 1 persen terasa dampaknya. Terutama kenaikan harga barang yang membuat biaya hidup semakin mahal.
Apalagi bagi masyarakat yang penghasilannya pas-pasan atau rendah. Berikut dampak dari kenaikan PPN bagi masyarakat. Ada 6 dampak buruk bagi warga berpenghasilan rendah yaitu:
1. Biaya Hidup
Kenaikan PPN memicu kenaikan biaya hidup bagi masyarakat. Karena harga barang dan jasa yang kena PPN, menjadi lebih mahal.
2. Inflasi
Kenaikan PPN berkontribusi kepada meningkatnya tingkat inflasi. Ketika harga barang dan jasa naik akibat PPN, meningkatkan biaya produksi dan distribusi.
3. Daya Beli
Semakin mahalnya barang dan jasa dampak PPN, membuat daya beli masyarakat menyusut. Hal ini memengaruhi konsumsi karena konsumen semakin irit dalam berbelanja.
4. Pukul UKM
Sektor usaha khususnya usaha kecil dan menengah (UKM) yang paling kena imbas kenaikan PPN. Sangat tidak mungkin mereka menaikkan harga di tengah anjloknya daya beli.
Sedangkan perusahaan bermodal besar, masih mungkin menaikkan harga produknya untuk transfer biaya tinggi akibat PPN. Istilahnya, mereka tak mau rugi.
5. Pengeluaran Negatif
Kenaikan PPN memicu pengeluaran negatif di sektor-sektor tertentu. Contohnya, properti bakal turun permintaan karena kenaikan biaya akibat kenaikan PPN.
6. Keseimbangan Pendapatan
Kenaikan PPN akan sangat membebani masyarakat kelas menengah ke bawah. Mereka harus merogoh kocek lebih dalam dampak PPN.**