Pemkot Surabaya Tambah Pasokan Cabai Rawit Lewat Kelompok Tani Selama Harga di Pasaran Tinggi

0
96

BI-Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menambah pasokan cabai rawit lewat kelompok tani selama harga di pasaran masih tinggi.

Antiek Sugiharti Kepala Dinas ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya menyebut, harga cabai rawit dari tingkat petani per Senin (29/7/2024) Rp69 ribu per kilogram.

Menurutnya, lonjakan harga karena faktor iklim, kekeringan di daerah penghasil, dan juga serangan hama. Selain itu, para petani di daerah penghasil baru selesai menanam, butuh waktu panen.

“Untuk mengetahui bagaimana kondisi harga, kita rutin melakukan pengecekan harga pangan di pasar,” tutur Antiek lewat keterangan pers, Selasa (30/7/2024).

Antiek mencatat, kebutuhan cabai besar di Kota Surabaya sebanyak 270 ton per bulan dan cabai rawit sebanyak 391 ton/per bulan.

Pasokan didapat dari daerah penghasil, seperti Kediri, Malang, Blitar, dan sebagian dari Provinsi Jawa Tengah.

Untuk menambah pasokan, pemkot memanfaatkan lahan Bekas Tanah Kas Desa (BTKD) dan Hutan Raya untuk dilakukan penanaman bersama kelompok tani.

“Petani yang kita dorong, ada di Made, Pakal, dan Lakarsantri. Kita juga mendorong petani urban farming yang menanam di pekarangan rumah, atau yang memanfaatkan lahan fasum/fasos itu,” terangnya.

Upaya ini menurutnya untuk mengikis tingginya harga cabai di pasar.

“Kita mengatur pola tanam, jadi kita sudah bisa membaca trennya pada bulan-bulan tertentu ketika harga cabai naik, biasanya menjelang hari besar atau pada musim yang cabai itu tidak bisa produksi bagus, atau adanya serangan hama,” kata dia.

Ia juga berharap, warga bisa melakukan gerakan tanam cabai di rumahnya masing-masing, minimal dalam dua pot.

“Itu bisa untuk mencukupi kebutuhan sendiri. Kalau gerakan menanam itu minimal 2 pot, itu sudah mampu mengurangi kebutuhan pasar. Kalau kebutuhan terbesar, biasanya dari rumah makan atau restoran,” ujarnya.

Informasi yang diperoleh pemkot dari Asosiasi Petani Cabai Indonesia (APCI) Kabupaten Kediri, ada penurunan produksi, sehingga harga menjadi naik mulai akhir Juni. Diprediksi harga rata-rata masih tinggi sampai minggu ketiga bulan Agustus 2024, dikarenakan ada jeda masa panen.**

Leave a reply