Agar Pengusaha Berani Ambil Kredit di Bank, BI Turunkan BI Rate

0
19

BI-Di balik penurunan suku bunga acuan (BI rate), Deputi Gubernur BI Juda Agung optimistis kredit perbankan bakal melanjutkan tren pertumbuhan tinggi, meski sempat melambat pada Agustus 2024.

Bulan lalu, pertumbuhan kredit perbankan tercatat 11,40 persen secara tahunan (year on year/yoy), lebih rendah ketimbang Juli 2024 sebesar 12,40 persen (yoy). “Memang kalau dibandingkan Juli, angkanya melambat. Tapi, ini lebih banyak disebabkan oleh kredit valas. Karena apresiasi nilai tukar rupiah, maka kredit valas seolah-olah kecil. Dampak dari apresiasi seperti itu,” kata Juda dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (18/9/2024).

Juda menyatakan, pertumbuhan kredit tetap dalam level yang kuat, dan diyakini bakal terus melanjutkan tren pertumbuhan yang kuat di kisaran 10-12 persen pada tahun ini. Optimisme tersebut didukung oleh sejumlah indikator. Pertama, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dinilai masih cukup tinggi, yaitu 7 persen (yoy).

Kedua, alat likuid perbankan juga disebut masih cukup besar, di mana rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi sebesar 25,37 persen. Kinerja ini mengindikasikan alat likuid, seperti Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) masih banyak dimiliki bank.

Ketiga, kemungkinan ekspansi fiskal oleh pemerintah. Juda mengatakan, pemerintah biasanya melakukan ekspansi fiskal pada kuartal IV. Hal ini akan mendorong penghimpunan DPK perbankan yang akhirnya dapat menopang penyaluran kredit dari sisi suplai.

Keempat, masih terbukanya pendanaan atau funding dari non-DPK. Rasio Pendanaan Luar Negeri Bank (RPLN) saat ini masih menunjukkan ruang yang cukup besar.

Kelima, pemangkasan suku bunga acuan BI atau BI-Rate yang turun sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen. Juga optimistis penurunan ini bakal meningkatkan permintaan kredit, termasuk mendorong biaya dana (cost of fund/CoF) menjadi lebih murah.

“Kalau secara industri, total kredit yang disalurkan sudah mencapai 51 persen dari rencana bisnis bank-bank. Ini cukup besar,” tambah dia.

BI mencatat, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada Juli 2024 tergolong kuat yang tercatat tinggi sebesar 26,56 persen, sehingga mampu menyerap risiko dan mendukung pertumbuhan kredit.

Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) perbankan pada Juli 2024 terjaga rendah, sebesar 2,27 persen (bruto) dan 0,79 persen (neto).

Ketahanan permodalan dan likuiditas perbankan juga ditopang oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga, sebagaimana hasil stress test perbankan terkini.

Ke depan, BI terus memperkuat sinergi kebijakan bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam memitigasi berbagai risiko yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan.**

Leave a reply