Ada Program Diskon Belanja Mulai 13 Juni-13 Juli 2025

0
2

BI-Pemerintah menargetkan transaksi penjualan program Holiday Sale mencapai Rp 60 triliun. Program yang diinisiasi Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) ini merupakan program potongan harga atau discount di seluruh ritel modern pada 13 Juni sampai 13 Juli 2025.

Ekonom CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet mengatakan, program Holiday Sale yang dilaksanakan Aprindo pada 13 Juni–13 Juli 2025 memang patut diapresiasi sebagai upaya untuk mendorong konsumsi domestik, terutama setelah Lebaran.

Namun, efektivitasnya dalam meningkatkan daya beli masyarakat, khususnya kelompok menengah ke bawah, perlu dilihat dengan lebih kritis dan kontekstual.

Pertama, publik tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun dari 121,7 pada April menjadi 117,5 di Mei 2025. Yusuf menilai hal ini adalah indikator yang cukup kuat bahwa konsumen mulai merasa tidak yakin terhadap kondisi ekonomi ke depan.

“Keyakinan yang menurun biasanya berdampak langsung pada pola konsumsi. Masyarakat cenderung lebih berhati-hati, lebih selektif dalam membelanjakan uang, dan lebih mengutamakan kebutuhan pokok dibanding konsumsi diskresioner—meskipun ada diskon besar-besaran,” jelas Yusuf kepada Kontan, Minggu (15/6).

Kedua, jika melihat data pasca-lebaran tahun ini, meskipun periode tersebut biasanya identik dengan peningkatan konsumsi (karena tunjangan hari raya dan tradisi belanja), jumlah pemudik justru menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Ini adalah sinyal penting bahwa kelompok menengah ke bawah, yang biasanya mendominasi arus mudik, menghadapi tekanan daya beli. Sebab itu, Yusuf menilai kemungkinan besar kelompok menengah bawah lebih memilih menyimpan dana THR untuk kebutuhan mendesak pasca lebaran atau karena kekhawatiran atas beban hidup yang meningkat. Seperti kenaikan harga pangan dan tarif transportasi.

Dalam konteks ini, Holiday Sale, meskipun memberi stimulus berupa potongan harga, tidak serta-merta cukup kuat untuk mengubah perilaku konsumsi masyarakat yang sedang defensif.

Bagi konsumen kelas bawah, diskon tetap bukan solusi jika daya beli memang sudah tergerus. Apalagi jika promosi yang ditawarkan lebih banyak menyasar produk sekunder seperti fesyen, elektronik, atau gaya hidup, yang bukan prioritas utama mereka.

“Dampaknya terhadap ekonomi, secara keseluruhan, akan cenderung terbatas,” ucap Yusuf.

Yusuf mengatakan, program ini mungkin mendorong transaksi pada sektor ritel modern dalam jangka pendek. Akan tetapi, tidak akan memberikan dorongan berarti terhadap pertumbuhan konsumsi rumah tangga secara agregat jika yang menikmati promosi hanya sebagian kecil populasi dengan kapasitas konsumsi tinggi.

“Dalam kerangka ekonomi makro, pertumbuhan konsumsi tidak bisa hanya mengandalkan kelompok atas. Justru kelompok menengah dan bawahlah yang menjadi penopang utama permintaan domestik,” jelas Yusuf.

Dihubungi secara terpisah, Ekonom Bright Institute, Awalil Rizky mengatakan, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) memang masih dalam zona optimis, yakni sebesar 117,5. Namun, nilai IKK Mei 2025 ini sebenarnya memburuk dibanding sebelumnya.

IKK Mei 2025 lebih rendah dibanding IKK April 2025 yang sebesar 121,7. Dan Lebih rendah dibanding setahun sebelumnya atau IKK Mei 2024 yang sebesar 125,2. “Bahkan IKK terendah selama 3 tahun ini,” ungkap Awalil.

Baca Juga: Libur Panjang pada Kuartal II Tak Bikin Konsumsi Masyarakat Meningkat

Awalil menjelaskan bahwa IKK merupakan rerata sederhana dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). IKE mencerminkan penilaian konsumen atas kondisi saat ini dibanding 6 bulan lalu. Sedangkan IEK merupakan ekspektasi konsumen untuk 6 bulan mendatang.

Survei Konsumen yang menghasilkan IKK dilaksanakan rutin bulanan oleh Bank Indonesia. Sampelnya sekitar 4.600 rumah tangga di 18 kota seluruh Indonesia. Diantaranya adalah Jakarta, Medan, Padang, serang, Bandung, Manado, Makassar, Ambon, Surabaya, Banjarmasin, Mataram, dan lain-lain.
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Mei 2025 mencapai 106,0 memang masuk dalam zona optimis.

Lebih banyak responden yang mengatakan kondisinya meningkat dibanding 6 bulan lalu, dibanding yang mengatakan kondisinya memburuk. Akan tetapi lebih rendah jika dibandingkan April 2025 dan setahun sebelumnya.

“Bahkan IKE Mei 2025 merupakan yang terendah selama 3 tahun terakhir. Bisa dikatakan penilaian atau persepsi masyarakat atas kondisi ekonomi saat ini meski masih di zona optimistis, sebenarnya mulai memburuk,” ucap Awalil.

Adapun, IKE merupakan jawaban responden atas tiga kelompok pertanyaan, yang menghasilkan indeks tersendiri. Yaitu: penghasilan saat ini, ketersediaan lapangan kerja saat ini, serta pengeluaran untuk konsumsi barang tahan lama saat ini. ***

Leave a reply