Gangguan Smelter Gresik, Freeport Gagal Proses 100 Ribu Ton Konsentrat Tembaga

0
17

BI-PT Freeport Indonesia menyatakan sebanyak 100 ribu ton konsentrat tembaga tidak bisa diproses akibat penundaan startup fasilitas smelter di PT Smelting, Gresik, Jawa Timur.

“Penundaan startup ini diperkirakan mengakibatkan sekitar 100 ribu ton konsentrat tembaga tidak dapat diproses,” ujar VP Corporate Communications PT Freeport Indonesia, Katri Krisnati, dikutip dari Antara, Kamis (21/8/2025).

Katri menjelaskan, kapasitas pemurnian konsentrat di smelter PT Smelting mencapai 1,3 juta ton per tahun. Namun, adanya perbaikan pada pabrik oksigen membuat fasilitas smelter yang baru saja selesai perawatan selama sebulan itu belum bisa beroperasi penuh.

“Kami sedang melakukan analisis mendalam terhadap dampak penundaan ini terhadap operasi produksi upstream PT Freeport Indonesia,” tambahnya.

Pernyataan tersebut muncul setelah Freeport McMoRan Inc dikabarkan menjual bijih tembaga akibat gangguan pada fasilitas pemrosesan di Indonesia. Gangguan ini terkait dengan insiden di pabrik oksigen PT Smelting, yang berbeda dengan kebakaran unit asam sulfat pada Oktober 2024 di Smelter Manyar, Gresik.

Saat insiden kebakaran itu, pemerintah memberikan relaksasi izin ekspor konsentrat tembaga Freeport yang awalnya berakhir Desember 2024 menjadi pertengahan 2025. Relaksasi diberikan setelah investigasi menyatakan kebakaran tersebut terjadi karena kejadian kahar (force majeure), bukan kesalahan pekerja.

Sebelumnya diberitakan, PT Freeport Indonesia (PTFI) resmi memulai produksi perdana katoda tembaga dari smelter Manyar di Gresik, dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 441.000 ton. Ini menandai tonggak penting dalam agenda hilirisasi mineral nasional, sekaligus menjadi bukti nyata bahwa pembangunan industri bisa dirancang dengan pendekatan yang pro-rakyat.

Menurut laporan akhir riset Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB) bertajuk “Membangun Kemitraan antara Masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Perusahaan untuk Optimalisasi Manfaat Hilirisasi” (2024), proyek ini dinilai berhasil melibatkan masyarakat sejak tahap awal pembangunan.

Salah satu bentuk kolaborasi tersebut adalah forum “Rembuk Akur”, yang membuka akses kerja bagi warga dari sembilan desa di sekitar kawasan industri (Ring 1).

Tak hanya tenaga kerja, kehadiran smelter Manyar juga mendorong pelibatan pelaku usaha lokal, khususnya UMKM. Mereka berkontribusi bukan hanya sebagai penyedia jasa katering dan logistik, tetapi juga melalui pengembangan sentra IKM seperti Songkok Kemuteran dan Mesin Logam Pelemwatu Menganti.***

Leave a reply