Cabai Rawit Naik, Mayoritas Komoditas Turun

0
12

BI-Pergerakan harga pangan nasional pada Minggu, 7 Desember 2025, sebagaimana dicatat oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas), menunjukkan dinamika yang menarik sekaligus menantang bagi stabilitas ekonomi Indonesia.

Data Panel Harga memperlihatkan bahwa sebagian besar komoditas pangan mengalami penurunan harga, sementara beberapa komoditas strategis justru mencatat kenaikan.

Harga cabai rawit merah yang naik tipis menjadi Rp66.691 per kilogram menandakan adanya tekanan pasokan di sektor hortikultura. Cabai dikenal sebagai komoditas yang sangat sensitif terhadap cuaca dan distribusi, sehingga kenaikan harga meski kecil dapat memicu inflasi pangan.

Sebaliknya, penurunan harga beras—baik premium, medium, maupun SPHP—menggambarkan adanya stabilitas pasokan beras di pasar domestik. Hal ini menunjukkan efektivitas program pemerintah dalam menjaga ketersediaan beras melalui mekanisme distribusi dan intervensi pasar.

Kenaikan harga kedelai impor menjadi Rp10.421 per kilogram juga patut dicermati. Sebagai bahan baku utama industri tahu dan tempe, fluktuasi harga kedelai berpotensi memengaruhi daya beli masyarakat serta keberlanjutan usaha kecil menengah di sektor pangan.

Sementara itu, penurunan signifikan harga daging kerbau beku impor hingga Rp18.402 per kilogram mencerminkan adanya surplus pasokan atau kebijakan impor yang berhasil menekan harga.

Bagi konsumen, penurunan harga mayoritas komoditas pangan tentu memberikan ruang lebih besar dalam pengeluaran rumah tangga. Namun, bagi produsen, terutama petani dan peternak, penurunan harga dapat menurunkan margin keuntungan. Misalnya, harga jagung di tingkat peternak yang turun Rp342 per kilogram berpotensi menekan pendapatan petani jagung, meski di sisi lain dapat meringankan biaya pakan bagi peternak unggas.

Fluktuasi harga pangan memiliki dampak langsung terhadap inflasi. Kenaikan harga cabai rawit dan kedelai bisa menjadi pemicu inflasi pangan, sementara penurunan harga beras dan daging dapat menekan laju inflasi. Pemerintah perlu menjaga keseimbangan ini agar tidak terjadi gejolak harga yang merugikan salah satu pihak, baik konsumen maupun produsen.

Selain itu, dinamika harga pangan juga mencerminkan ketergantungan Indonesia terhadap impor, khususnya pada komoditas kedelai dan daging kerbau. Ketergantungan ini menimbulkan kerentanan terhadap gejolak harga internasional dan nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, strategi jangka panjang berupa peningkatan produksi domestik dan diversifikasi sumber pangan menjadi sangat penting.****

Leave a reply