Perjuangan Industri Tekstil Menjaga Kompetitivitas Melawan Banjir Produk Impor

0
123

BI- Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa Sastraatmadja, telah mengungkapkan bahwa industri tekstil dan produk tekstil (TPT) saat ini sedang menghadapi tantangan yang cukup serius.

Pada kuartal pertama dan kedua tahun 2023, industri ini terkena dampak besar akibat penurunan permintaan ekspor. Hal ini terutama berdampak pada anggota API yang beroperasi di sektor garmen dan bergantung pada pasar internasional.

Di sisi domestik, industri TPT juga menghadapi persaingan ketat dengan produk impor, baik yang legal maupun ilegal.

Jemmy Kartiwa Sastraatmadja menyebutkan bahwa masalah thrifting juga menjadi salah satu perhatian utama, meskipun pihak berwenang telah mulai mengatasi masalah ini.

Dalam diskusi dengan pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM), perdebatan muncul mengenai potensi kekurangan bahan atau pakaian jika thrifting dihapus.

Namun, API meyakinkan bahwa produk garmen IKM lokal mampu bersaing dengan produk impor, baik dari segi harga maupun kualitasnya.

Selain itu, industri TPT di Indonesia juga dihadapkan pada masalah serius terkait banjirnya produk impor, baik yang masuk secara legal maupun ilegal, ke pasar domestik. Data menunjukkan bahwa volume impor TPT meningkat sebesar 2,16 juta ton dengan nilai mencapai USD 10 miliar pada tahun 2022, dengan laju peningkatan impor sekitar 40 persen per tahun sejak 2020 hingga 2022.

Di samping itu, ekspor produk TPT juga mengalami penurunan sekitar 10,78 persen dari 2022 hingga Maret 2023.

Masalah lain yang dihadapi industri TPT adalah penggunaan permesinan yang tidak optimal, dengan tingkat utilisasi hanya sekitar 65 persen. Ini mengakibatkan penurunan sekitar 40 persen dalam penggunaan mesin dan lini produksi di seluruh sektor TPT.

Selain itu, industri ini juga mengalami gelombang rasionalisasi karyawan, yang telah mengakibatkan pemutusan hubungan kerja bagi sekitar 70.000 orang sejak tahun 2022 hingga awal 2023.

Tantangan lainnya berasal dari produk-produk bahan baku hingga jadi yang mengalir ke pasar domestik, terutama dari China, yang memiliki pangsa pasar sebesar 48 persen. Negara lain seperti Brasil, Australia, dan Amerika juga ikut bersaing dengan pangsa pasar sekitar 5 hingga 6 persen. Sementara itu, produk pakaian jadi dari China mencapai 66 persen dari volume pasar domestik, diikuti oleh Bangladesh dengan 8 persen, dan Vietnam dengan 6 persen.

Semua data ini menunjukkan pentingnya campur tangan pemerintah untuk mengendalikan impor produk TPT, mulai dari bahan baku hingga garmen jadi, guna menciptakan keseimbangan dalam kapasitas produk lokal, demikian disampaikan oleh API.

Leave a reply