Enam Perusahaan Jadi Role Model Penerapan Vokasi di Jatim

0
105

BI-Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur telah menetapkan enam (6) perusahaan di Jatim sebagai role model atau proyek percontohan penerapan vokasi di Jatim.

Ke-6 perusahaan tersebut adalah PT PAL Indonesia, PT Indoratex Spindo, Artotel TS Suites Surabaya, PT Bambang Djaja, PT Citra Nutrindo Langgeng dan PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk.

Penetapan tersebut setelah melakukan evaluasi pencapaian perbaikan sistem pemagangan di perusahaan mereka usai mengikuti program Kadin Capacity Development (KCD), kerjasama Kadin Jatim bersama Kadin Indonesia dan GIZ TRS Jerman.

Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto mengatakan bahwa langkah ini dilakukan agar semakin banyak industri yang sadar bahwa ada banyak keuntungan yang bisa didapatkan industri saat ikut melaksanakan program revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi seperti yang telah dilakukan 6 perusahaan tersebut.

Ada 7 point yang menjadi muatan dalam pelaksanaan KCD, diantaranya adalah pelatih tempat kerja, standar kemitraan atau propermi, instrument pelatihan vokasi, penilaian pelatihan, pengukuran produktivitas, cost benefite analysis (CBA), super tax deduction dan lain sebagainya.

“Kadin ingin semua industri sadar pentingnya program ini karena ada banyak kemanfaatan yang bisa dirasakan, mulai dari efisiensi dalam perekrutan tenaga kerja hingga peningkatan produktifitas industri yang bersangkutan. Industri akan bisa berhitung, apa saja keuntungan dan berapa efisiensi yang bisa mereka dapatkan,” ujar Adik dalam rilis Kadin Jatim, Rabu(20/12/2023).

Wakil Ketua Umum Bidang SDM dan Ketenagakerjaan Nurul Indah Susanti yang juga menjabat sebagai Direktur Kadin Institute mengungkapkan bahwa Kadin Jatim berupaya menjembatani antara dunia pendidikan dengan dunia industri.

“Saat ini kami mengundang 40 pengusaha, pengusaha ini nantinya bisa berkolaborasi dengan universitas supaya terjalin link and supermatch. Industri ini sebagai demand-nya.

Tugas Kadin untuk menjembatani antara dunia pendidikan dan dunia industri yang selama ini tidak pernah bertemu. Juga agar pelaksanaan magang di industri tidak kopi to copy, tidak hanya disuruh foto copy dan menyuguhkan kopi. Harapannya ini tidak ada lagi karena kita duduk bersama, menyamakan persepsi dan harmonisasi kurikulum,” terang Nurul panjang lebar.

Ketua Pelaksana Program KCD, Darno mengungkapkan, bahwa ada sekitar 40 perusahaan yang telah mengikuti progam propermi dan telah melaksanakan rangkaian kegiatan selama 8 bulan, mulai dari pembuatan program pelatihan, menyusun modul pelatihan, membuat rencana pelatihan vokasi, pelatihan cost benefite analysis (CBA), super tax deduction, menghitung produktivitas, super tax deduction.

“Di awal sebelum mengikuti rangkaian pelatihan program KCD dilakukan pengukuran dan setelah patihan juga dilakukan pengukuran. Juga ada kunjungan ke perusahaan untuk melakukan pendampingan secara langsung, termasuk mengetahui dan mencari solusi atas kendala dan hambatan serta peluang yang bisa dikembangkan.

Dari 40 perusahaan itu dilihat peningkatan perubahannya seperti apa. Kami melihat secara keseluruhan, poin perubahannya kita hitung di akhir program. Dan ke-6 perusahaan yang menjadi role model itu adalah perusahaan yang mendapatkan point tertinggi,” terang Darno.

Melalui program ini, perusahaan diharapkan bisa saling berbagj informasi dan saling memperbaiki sehingga terbangun ekosistem yang saling mengembangkan vokasi bersama dunia industri dan Kadin. “Karena vokasi ini memang sangat penting. Goalnya, ketika banyak perusahaan yang melaksanakan program Vokasi yang bagus, maka serapan industri akan semakin besar dan produktifitas akan semakin bagus.,” tekannya.

Pada kesempatan yang sama, Sub Dept Head HRD PT Bambang Djaja Tonni Laksono mengaku sangat terbantu dengan adanya program KCD. Perusahaan manufaktur yang ada di Surabaya ini memang memiliki komitmen tinggi dalam melaksanakan program pemagangan sejak tahun 2012.

“Owner PT Bambang Djaya memang memiliki kepedulian kuat terhadap peningkatan kualitas dunia pendidikan. Dan kami juga ingin industri ini bisa berjalan terus, tetapi man power tidak abadi, agar berkelanjutan, maka kami harus mendidik tenaga kerja,” katanya.

Melalui kerjasama dengan Kadin, ia mengaku banyak belajar bagaiman melaksanakan vokasi dengan baik. “Sehingga kami paham betul tentang proses vokasi yang bisa meningkatkan performa SDM.

Kalau dulu untuk rekrutmen harus melalui proses panjang tetapi setelah kami mengadopsi program pelatih tempat kerja, kami tidak capek merekrut karyawan karena siswa magang akhirnya memiliki kompetensi yang hampir sama dengan tenaga yang sudah lama. Sehingga gab kompetensi bisa teratasi,” pungkasnya.**

Leave a reply