Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap Meredup pada Awal Tahun 2024
BI-Usai menjadi jawara dengan return terbaik sepanjang 2023, reksadana pendapatan tetap mengalami kinerja underperform di awal tahun 2024. Membaiknya data ekonomi Amerika Serikat (AS) disebut sebagai biang keroknya.
Fixed Income Analyst Sucorinvest Asset Management Alvaro Ihsan menjelaskan, return reksadana pendapatan tetap mengalami underperformance seiring dengan kenaikan yield dari SBN sepanjang bulan Januari.
Kenaikan yield SBN terjadi karena faktor eksternal, berupa data ekonomi dan ketenagakerjaan AS masih sangat kuat sehingga meningkatkan yield US Treasury. Utamanya pada tenor 10 hingga 30 tahun.
“Alhasil, yield obligasi di beberapa negara termasuk Indonesia mengalami kenaikan,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (7/2).
Selain itu, kenaikan dolar indeks juga mempengaruhi pelemahan berbagai mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. Sementara faktor internal didorong oleh berbagai isu politik menjelang Pemilu 2024 yang mempengaruhi sentimen pasar.
Sebagai pengingat, reksadana pendapatan tetap mencetak return tertinggi, sebesar 4,73% sepanjang 2023. Sementara di Januari 2024 produk tersebut mencatatkan return 0,28%, berada di bawah return reksadana saham sebesar 0,28% dan pasar uang sebesar 0,41%.
Alvaro mencermati, kinerja reksadana pasar uang yang mengalami outperform sejalan dengan obligasi pasar uang. Pasalnya, jatuh tempo di bawah 1 tahun mengalami penurunan yield yang lumayan sepanjang Januari 2024.
Meski begitu, ia memproyeksikan prospek kinerja reksadana tetap akan positif. Katalisnya didorong penurunan suku bunga beberapa bank sentral yang dapat meningkatkan nilai obligasi.
Penurunan suku bunga Fed juga akan membawa BI rate ikut mengalami penurunan seiring dengan tekanan terhadap rupiah semakin berkurang. Dari domestik juga akan dipengaruhi dari situasi politik.
“Hasil Pemilu akan mendorong investor kembali memasuki pasar Indonesia,” sebutnya.**