PT Suparma Tbk Optimistis Raih Target Usaha 2024 Sebesar Rp2.700 Miliar

0
12

BI-Manajemen PT Suparma (SPMA) Tbk optimistis kinerja usaha perseroan dapat mencapai target penjualan bersih 2024 senilai Rp2.700 miliar ditengah potensi meningkatnya konsumsi beberapa jenis kertas yang diproduksi perseroan.

Hendro Luhur, Direktur PT Suparma TBK, mengatakan keyakinan terhadap tercapainya kinerja usaha tersebut didasarkan pada raihan kinerja penjualan atas berbagai produk kertas yang dihasilkan perseroan, mulai kertas duplex, tisu, karton dan kertas bungkus makanan (Lamnated Wrapping Kraft/LWK) yang hingga akhir September 2024 mencapai Rp1.962 miliar atau setara dengan 72,7% dari target tahun 2024.

“Pencapaian kinerja penjualan tersebut meningkat sekitar 0,5% dibandingkan dengan periode yang sama pada akhir September 2023,” kata Hendro Luhur pada acara paparan publik perseroan yang berlangsung secara online di Surabaya, siang tadi..

Bahkan, lanjut dia, hingga akhir Oktober 2024 penjualan bersih yang dibukukan manajemen mencapai Rp2.202 miliar atau setara dengan 81,6% dari target 2024. “Diharapkan dalam sisa waktu dua bulan Nopember hingga akhir Desember mendatang, target nilai penjualan bersih sebesar Rp2.700 miliar bisa diraih.”

Pihaknya mengakui selama 2024 terjadi penurunan harga jual atas berbagai jenis kertas rata-rata sekitar 3,5%. “Benar…namun penurunan harga jual tersebutdiimbangi meningkatnya volume penjualan sebesar 4,6% dari semula 156.995 metrik ton (MT) menjadi 164.295 MT.”

Menurut diapencapaian tersebut setara dengan 73,1% dari target penjualan sebesar 224.900 MT. “Bahkan volume penjualan bersih kertas perseroan berlanjut hingga akhir Oktober yang mencapai sebesar 184.766 MT atau setara dengan 82,2% dari target 2024. Inilah yang membuat manajemen optimistis target kinerja usaha perseroan pada 2024 dapat diraih,” tambahnya.

Sementara Buyung Octaviano, Kepala Divisi PT Suparma Tbk mengungkapkan peluang usaha industri kertas seperti yang dihasilkan perseroan, terutama tisu, cukup besar. Hal ini didasarkan atas data terhadap rendahnya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap penggunaan tisu yang rata-rata hanya 5%/orang/tahun. Jauh dibawah konsumsi masyarakat Singapura maupun Malaysia yang masing-masing mencapai 27kg/orang/tahun dan Malaysia 21kg/orang/tahun.

“Oportunity yang besar inilah yang menjadi dasar pemikiran utama dari manajemen perseroan untuk melakukan investasi baru untuk penambahan mesin kertas baru no.11 untuk dapat menambah kapasitas produksi 27.000 MT dengan investasi US$23 juta,” kata Buyung.

Hendro Luhur menyebutkan investasi baru terhadap mesin kertas baru akan dibiayai dengan dua sumber pembiayaan, yakni sekitar 20% berasal dari modal sendiri dan 80% sisanya berasal dari sejumlah lembaga perbankan dengan jangka waktu pembiayaan sekitar lima tahunan. “Perseroan sudah memperoleh komitmen pembiayaan tersebut dari sejumlah lembaga perbankan dengan jangka waktu panjang, sekitar lima tahunan.”

Menanggapi terhadap kemungkinan pengaruh kegiatan politik mulai Pemilihan Presiden (Pilpres), pemilihan anggota legeslatif (Pileg) hingga Pemilihan Kepala Daerah Gubernur maupun Walikota/Bupati (Pilkada), Hendro menjelaskan, hal tersebut tidak memberikan pengaruh secara langsung terhadap kinerja usaha perseroan.

“Secara langsung sih tidak, karena kertasyang diproduksi perseroan adalah kertas yang tidak bersinggungan langsung ke giat pesta politik tersebut, seperti kertas suara coblosan atau sejenisnya. Tapi kalau efeknya yang ditimbulkan dengan peningkatan penggunaan tisu atau kertas bungkus makanan jenis LWK yang banyak melibatkan kegiatan usaha UMKM penyedia makanan bisa dirasakan.”**

Leave a reply