Kembangkan Ekonomi Biru di Indonesia, Bappenas Gandeng Stanford University
BI – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah menandatangani nota kesepahaman dengan Stanford University, Amerika Serikat untuk mengembangkan ekonomi biru di Indonesia.
Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, dan Dekan Doeer School of Sustainability selaku perwakilan Stanford University menjadi pihak yang menandatangani nota kesepahaman tersebut.
Kerja sama ini akan memfokuskan pada tiga area kerja sama yaitu perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi perkembangan ekonomi biru.
Selain itu, juga akan dilakukan pengembangan pengetahuan dan kapasitas melalui pelatihan, penelitian, advokasi, dan program atau proyek, termasuk di bidang pangan berbasis sumber daya kelautan (blue food).
Kementerian PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan bahwa pemerintah berinisiatif untuk mendorong pengembangan ekonomi biru di Indonesia.
Tujuannya adalah untuk menciptakan perekonomian yang tangguh serta berkelanjutan.
Dengan membangun ekonomi biru yang berkelanjutan dan sejahtera, diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan pendapatan dari kegiatan berbasis laut.
Kemudian, pendapatan tersebut dapat disalurkan kembali untuk konservasi laut, mendorong mata pencaharian yang berkelanjutan bagi masyarakat pesisir, dan melestarikan keanekaragaman hayati laut dengan pemulihan ekosistem laut dan pesisir.
Konsep ekonomi biru dikembangkan untuk menjawab tantangan sistem ekonomi yang masih cenderung eksploitatif dan merusak lingkungan.
Salah satu inti dari ekonomi biru adalah sustainable development yang merupakan bagian sekaligus pengayaan dari ekonomi hijau dengan semboyan Blue Sky – Blue Ocean.
Dengan demikian, ekonomi dapat bertumbuh, rakyat sejahtera, namun langit dan laut tetap biru.
Bersamaan dengan hal tersebut, ekonomi biru juga akan menjadi landasan strategi transformasi ekonomi Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Pelaksanaan kolaborasi tersebut akan berlangsung selama tiga tahun yang dimulai sejak penandatanganan nota kesepahaman.
Selain pembangunan internasional dalam pengembangan ekonomi biru yang relevan untuk Indonesia, masih banyak potensi kolaborasi lain yang akan disepakati oleh kedua belah pihak.
Dengan kerja sama ini diharapkan dapat memperkuat pengembangan ekonomi biru di Indonesia dan menciptakan perekonomian yang lebih berkelanjutan.**