Fenomena Deindustrialisasi Menghantui Indonesia Meski Ekonomi Tumbuh Positif
BI – Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia selama kuartal pertama tahun 2023 tumbuh 5,03 persen, melebihi ekspektasi sejumlah ekonom. Namun, kontribusi sektor manufaktur pada produk domestik bruto (PDB) justru terus menurun, hanya berkontribusi 18,57 persen pada kuartal tersebut.
Fenomena ini menunjukkan adanya deindustrialisasi, yaitu penurunan kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB. Selain itu, kenaikan jumlah pekerja informal terus terjadi.
Pada Februari 2020, jumlah pekerja formal tercatat 43,36 persen dan pekerja informal 56,64 persen, namun pada Februari 2023, jumlah pekerja informal naik menjadi 60,12 persen dan pekerja formal turun menjadi 39,88 persen.
Jumlah buruh, karyawan, dan pegawai juga mengalami penurunan selama 3 tahun terakhir, sementara jumlah orang yang berusaha sendiri terus naik setiap tahunnya.
Meski ekonomi Indonesia tumbuh positif, struktur ekonomi yang belum memperbaiki kontribusi sektor manufaktur menimbulkan kekhawatiran.
Pada kuartal pertama tahun 2023, kontribusi sektor manufaktur ke PDB mencapai angka terendah selama 4 tahun terakhir. Hal ini dapat mengindikasikan adanya deindustrialisasi, atau penurunan kontribusi sektor manufaktur pada PDB.
Fenomena ini tidak menguntungkan bagi perekonomian Indonesia, mengingat sektor manufaktur merupakan salah satu sektor yang dianggap penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, kenaikan jumlah pekerja informal juga menjadi perhatian, seiring dengan terus menurunnya persentase jumlah pekerja formal selama beberapa tahun terakhir.
Data BPS menunjukkan bahwa jumlah pekerja informal pada Februari 2023 mencapai 60,12 persen, sedangkan jumlah pekerja formal turun menjadi 39,88 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor formal semakin kehilangan daya tariknya bagi masyarakat.
Meski pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja ekonomi, seperti menerapkan kebijakan neraca komoditas, risiko krisis ekonomi dan pengetatan moneter masih berdampak.
Pada Jumat, 5/5/2023, Wakil Ketua Kadin Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani mengatakan bahwa tahun 2023 merupakan tahun yang sulit untuk menciptakan kinerja usaha yang eksponensial.
Hal ini disebabkan oleh kecepatan pertumbuhan pasar yang lambat, baik di dalam maupun luar negeri. Kondisi ini membuat pertumbuhan kinerja sektor manufaktur nasional semakin lambat dan dapat memperparah deindustrialisasi yang terjadi.