Optimalisasi Budidaya Rumput Laut Ekspor di Sumenep, Inisiatif Pemprov Jatim
BI – Pesisir Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, menjadi primadona dalam pembudidayaan rumput laut, dengan prestasi sebagai penyumbang terbesar produksi nasional setelah Maluku. Dalam eksplorasi terbaru, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim, Muhammad Isa Anshori, menyampaikan bahwa Sumenep menyandang gelar sebagai penghasil rumput laut terbaik di Jawa Timur dan menempati peringkat kedua secara nasional.
Diketahui, luas potensi budidaya rumput laut di Sumenep mencapai 243.254 hektare, dengan eksisting 59.424 hektare, melibatkan 4.093 petani rumput laut. Prestasi ini juga dibarengi dengan capaian produksi budidaya mencapai 686.657,08 ton dan nilai produksi budidaya mencapai 3.433.285.405 pada tahun 2023. Kecamatan Sapeken menjadi yang terdepan dengan produksi mencapai 221.547 ton, diikuti Kecamatan Saronggi dengan 166.164 ton.
Muhammad Isa Anshori memandang peluang investasi di sektor ini masih terbuka lebar dan dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir. Menjawab tantangan budidaya rumput laut di Jatim, rencana aksi melibatkan pembangunan laboratorium rumput laut kultur jaringan, penyediaan kebun bibit rumput laut, penerapan cara budidaya ikan yang baik, penggunaan bibit unggul, dan pengembangan budidaya dalam satu kawasan.
Namun, sementara potensi besar ini berkembang pesat, petani rumput laut di Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi, berharap adanya perhatian lebih dari pemerintah terutama terkait stabilisasi harga. Rudi, perwakilan petani, menyampaikan bahwa selama ini belum ada perhatian komprehensif dari pemerintah, terutama bagi nelayan yang masih menggunakan metode tradisional. Dalam upaya meningkatkan ekonomi dan produktivitas, mereka berharap adanya kebijakan stabilisasi harga rumput laut.
Tidak hanya itu, para pekerja pembibitan rumput laut juga mengharapkan dukungan pemerintah dalam pengolahan pasca panen. Jamilah, seorang pekerja berusia 27 tahun, menyebutkan bahwa selama ini tidak ada penyuluhan, peralatan, atau pelatihan dari pemerintah. Meskipun potensi olahan makanan dan minuman dari rumput laut besar, mereka kesulitan tanpa alat pendukung. Harga yang tidak stabil, berkisar antara Rp15 ribu hingga Rp20 ribu per kilogram, menjadi tantangan bagi para pelaku usaha rumput laut di Sumenep.