‘Genderuwo’ Banyuwangi Tembus Pasar Sumatera
BI-Tiga truk berjajar dalam gudang sekaligus pabrik pupuk organik di Kecamatan Wadung, Banyuwangi. Pada bagian depan bertuliskan pelepasan produk salah satu produsen pupuk organik lokal di Banyuwangi ke wilayah Sumatera.
Pupuk organik yang diberi nama genderuwo ini masuk ke pasar Jawa Tengah dan Lampung. Sebagai tahap awal, Eko produsen pupuk menyatakan masih mengirim dalam jumlah kecil sebagai upaya untuk merubah perilaku petani dari kimia ke organik.
“Kiriman pertama ke Sumatra masih tahap pengenalan, kalau ke luar daerah secara keseluruhan per 3 bulan masih 1-2 ton,” terang Eko, Kamis (5/9/2024).
Untuk produksi sendiri, Eko mengaku kekurangan tenaga lapang sehingga setiap bulan hanya mampu memproduksi di kisaran 2 ton.
Ia berharap ada upaya edukasi lebih masif untuk meningkatkan penyerapan pupuk organik di Banyuwangi.
“Kekurangan tenaga lapang, sehingga penyerapan masih sedikit dibanding kebutuhan yang ratusan hektar,” tambahnya.
Padahal, menurut Eko, dengan menggunakan pupuk organik tersebut petani bisa menghemat kebutuhan pupuk hingga 75%. Setiap satu hektar lahan pertanian hanya perlu menghabiskan biaya di kisaran Rp. 1,6 juta.
“Satu hektar itu bisa hanya Rp 1,6 juta, kalau seperempat itu hanya sekitar Rp 300an ribu untuk pupuknya,” terang Eko.
Melihat potensi tersebut, Bupati Banyuwangi Ipuk Festiandani mengaku bangga dan berharap pupuk tersebut dapat dikembangkan dengan bersinergi bersama Dinas Pertanian.
“Seperti yang saya sampaikan tadi, nanti bisa dengan Dinas Pertanian. Kita ada program jagoan tani nanti bisa kolaborasi untuk menularkan ilmu dan pengetahuan juga disana,” tegas Ipuk.
Ia berharap, keberadaan pupuk organik bisa menjadi jalan keluar atas kesulitan pupuk yang kerap dihadapi oleh kelompok tani non subsidi.
“Saya berharap bisa membantu petani-petani yang khususnya non subsidi ya. Seperti petani buah naga, jeruk dan lainnya itu bisa menggunakan pupuk ini,” tandasnya.**