Sepatu Impor China Berjubah Lokal Kuasai Pasar Indonesia

0
11

BI-Industri sepatu dalam negeri tengah menghadapi tekanan berat akibat banjir sepatu impor, terutama yang berasal dari China. Kondisi ini membuat produk lokal semakin sulit bersaing, baik dari segi harga maupun margin keuntungan.

Ketua Gabungan Pengusaha Industri Alas Kaki Nusantara (HIPAN), David Chalik, mengungkapkan sederet tantangan yang dihadapi pelaku usaha lokal dalam rapat dengan Komisi VII DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (13/11).

Menurutnya, serbuan produk impor berdampak langsung terhadap daya saing produsen lokal.

“Tekanan dari impor, terutama China dan Vietnam, mempengaruhi harga serta margin pengusaha lokal. Akibatnya, produk kita sulit bersaing,” ucap David, dikutip detikFinance.

Ia menjelaskan, setidaknya terdapat tiga masalah utama yang menghantam industri sepatu lokal yaitu gempuran impor murah, maraknya barang ilegal dan thrifting, serta harga produk lokal yang kurang kompetitif.

David menilai murahnya harga sepatu impor asal China patut dicurigai sebagai bentuk praktik dumping—yakni strategi penjualan di mana suatu negara menjual produknya ke luar negeri dengan harga lebih rendah daripada harga di pasar domestik, biasanya untuk menguasai pasar tujuan ekspor dan melemahkan industri lokal.

“Harga sepatu dari China bisa hanya Rp75 ribu per pasang. Padahal, dengan standar produksi yang layak, harga idealnya di kisaran Rp150 ribu hingga Rp200 ribu,” ujarnya.

Ia menuturkan, pihaknya sempat meminta pemasok di China untuk memproduksi ulang dengan harga serupa, namun permintaan itu ditolak karena tidak tercapai kesepakatan biaya produksi.

“Dari situ kami mulai curiga, karena harga itu tidak masuk akal,” tambahnya.

David juga menuding ada upaya sistematis dari produsen luar negeri untuk merusak pasar Indonesia.

“Dumping-nya jelas: mereka menjual lebih murah di pasar kita dibanding di pasar mereka sendiri. Ini strategi untuk melemahkan industri lokal,” ucapnya.

Menurutnya, praktik tersebut sudah lebih dulu terjadi di industri lain seperti gorden. Setelah pasar domestik lemah, produsen luar negeri biasanya mulai menaikkan harga secara perlahan.

Selain itu, David menyoroti bahwa beberapa merek lokal kini justru memproduksi sepatunya di China karena biaya produksi dalam negeri tidak kompetitif.

HIPAN sendiri mewajibkan anggotanya hanya menggunakan pabrik dalam negeri sebagai bentuk komitmen mendukung industri lokal.

Ia juga menambahkan, industri alas kaki nasional menghadapi berbagai hambatan lain seperti mesin produksi yang sudah usang, akses modal yang sulit, dan kendala impor bahan pendukung sepatu akibat kebijakan larangan terbatas (lartas).

“Dalam satu sepatu, ada sekitar 30 komponen yang dibutuhkan. Sayangnya, sebagian tidak bisa masuk ke pasar dalam negeri karena aturan impor yang ketat,” pungkasnya.***

Leave a reply