Karena Ini, 25.700 Buruh Pabrik Sepatu Terpaksa Di PHK

0
226

Bi-Firman Bakri, Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) menjelaskan kepada CNN Indonesia bahwa PHK massal pada perusahaan sepatu terjadi karena adanya penurunan permintaan yang sudah menyentuh 50%.

Lebih lanjut ia menjelaskan Desember nanti akan lebih banyak perusahaan yang mengalami penurunan permintaan. Penurunan permintaan dan order disebabkan oleh negara-negara tujuan ekspor Indonesia yang masih mengalami kelebihan stok.

“Kalau yang terdampak PHK, data kami itu baru ada 8 perusahaan. Itu pun sudah di angka 25.700 (karyawan). Potensinya di Desember nanti akan terus bertambah sampai mungkin awal tahun depan,” jelas Firman, Senin, (14/11/2022).

“Masing-masing dari retailer, brand semua pegang inventori, kemudian pabrik kita juga sedang di-hold dulu jangan ekspor. Jadi stoknya menumpuk. Ini kalau belajar di 2020 lalu, ketika pasar domestik kita stoknya penuh semua dan tidak laku, butuh waktu 1 tahun lebih untuk order masuk lagi ke pabrik,” jelas Firman.

Menurut Firman, PHK kali ini berbeda dengan isu relokasi pabrik yang sudah berlangsung lama, bahkan sejak 2015.

Menurutnya, perusahaan yang punya dua pabrik dengan perbedaan wilayah upah minimum (UMP/UMK) harus mengorbankan salah satunya.

“Jadi karena pabrik yang terkena dampak penurunan order, yang satu di UMK tinggi di Tangerang, Banten lalu satunya lagi di Jawa Tengah. Dengan kondisi penurunan ini, yang pasti akan dikorbankan pertama, yang bebannya paling berat adalah di daerah yang UMK-nya tinggi,” ujarnya.

“Makanya PHK ini masih berkisar di daerah dengan UMK tinggi, seperti Tangerang, Banten, Karawang, dan sebagainya. Namun, ada juga PHK di daerah yang upah minimumnya rendah, tapi mereka gak punya pabrik di daerah dengan UMK tinggi” pungkasnya.

Walau sudah mengkonfirmasi tentang kebenaran isu PHK karyawan dan relokasi beberapa perusahaan sepatu tetapi dia enggan menyebutkan nama-nama perusahaan tersebut.**

Leave a reply