Industri Logistik yang Terus Bangkit di Tengah Kenaikan BBM
BI – Industri logistik yang sempat terpuruk di masa pandemi Covid-19, saat ini mulai bangkit walaupun di tengah kenaikan BBM.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada periode Maret-Agustus 2020 penurunan nilai ekspor yang disokong sektor logistik mencapai 80%.
Seiring pandemi Covid-19 yang mulai terkendali serta mulai membaiknya konsisi perekonomian global maka industri logistikpun mulai bangkit.
Kenaikan disumbang oleh industri farmasi, alat kesehatan dan barang-barang konsumsi, khususnya jenis ekspedisi dari ritel atau toko langsung ke konsumen.
Digitalisasi juga berkontribusi atas meningkatnya arus logistik dengan adanya gerai-gerai yang memasarkan produknya di e-commerce atau platform jual beli online.
Baru bisa sedikit bernafas, agaknya industri logistik harus dipaksa kerja lebih keras dengan adanya kenaikan bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite, solar subsidi dan pertamax.
Dengan naiknya harga BBM maka biaya jasa logistik juga akan mengalami kenaikan karena BBM sangat berkontribusi terhadap biaya logistik.
Menurut Mahendra Rianto Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), dengan adanya kenaikan harga BBM mau tidak mau biaya logistik akan menyesuaikan karena pengaruh BBM terhadap biaya supply chain dan logistik dari awal sampai akhir atau sampai konsumen, atau biasa juga disebut dari raw material sampai finish good.
Kenaikan harga BBM ini bisa disiasati dengan utilisasi aset secara maksimal misal dengan menggabungkan konsolidasi order dari konsumen dan industri logistik saat ini lebih fokus pada menciptakan nilai dan value proposition sehingga lebih efisien dengan membuat rute lebih optimal.
Dengan seperti itu dalam satu proses logistik bisa mengurangi jumlah truk dan waktu tunggu, sehingga bisa disimpan untuk margin.
Ke depan, industri logistik akan selalu membangun value chain logistik jadi lebih terintegrasi, untuk itu integrated logistic akan selalu ditawarkan kepada pelanggan sebagai one stop solution.**