Tantangan Industri Sepatu di Tengah Pertumbuhan Positif Ekonomi Jatim
BI-Perekonomian Jawa Timur (Jatim) pada paruh pertama tahun 2023 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 5,10 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, sektor industri alas kaki/sepatu di wilayah tersebut masih mengalami tantangan.
Menurut Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jatim, Njo Winyoto Gunawan, saat ini tingkat penggunaan fasilitas produksi di industri sepatu Jatim masih berada pada kisaran 60-70 persen. Meskipun begitu, Njo Winyoto menyatakan bahwa industri sepatu belum sepenuhnya pulih seperti sebelum pandemi Covid-19. Selain itu, situasi ekspor juga mengalami perlambatan, bukan hanya pada produk sepatu, tetapi juga barang ekspor secara umum karena pengaruh dari perlambatan ekonomi global.
Njo Winyoto juga menjelaskan bahwa industri sepatu yang sebelumnya mengandalkan ekspor juga masih mengerjakan pesanan-pesanan lama dari luar negeri yang terdampak oleh perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Meskipun ada beberapa pesanan yang masih dapat diekspor karena dampak dari perang dagang tersebut, Njo Winyoto mengingatkan bahwa situasi masih belum stabil. Hal ini mengharuskan industri sepatu untuk lebih berhati-hati dalam menyediakan bahan baku, karena pembatalan pesanan dapat berdampak buruk pada industri tersebut.
Di sisi pasar dalam negeri, penjualan sepatu juga belum mencapai optimal meskipun pertumbuhan ekonomi menunjukkan tren positif. Njo Winyoto mengungkapkan bahwa penjualan sepatu di pasar domestik masih bergejolak, dengan periode peningkatan dan penurunan yang kadang disusul dengan perlambatan.
Menyikapi situasi ini, Kepala Bank Indonesia Jatim, Doddy Zulverdi, berbicara tentang perbaikan ekonomi Jatim pada kuartal kedua tahun 2023 yang mengalami kendala akibat perlambatan ekspor. Hal ini disebabkan oleh penurunan kinerja mitra dagang luar negeri seperti AS, Eropa, dan Jepang, yang berdampak pada perdagangan internasional.
Doddy Zulverdi menyatakan bahwa sektor perdagangan Jatim di kuartal II/2023 tumbuh sebesar 6,44 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh 6,53 persen. Khususnya, kinerja ekspor pada kuartal II mengalami kontraksi sebesar -2,29 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang hanya tumbuh tipis sebesar 0,87 persen.
Untuk mengatasi tantangan ini, Doddy Zulverdi menegaskan bahwa Jatim akan terus berupaya meningkatkan ekspor ke negara-negara mitra perdagangan yang sudah ada kerja sama, seperti Uni Eropa, Australia, Chile, dan Uni Emirat Arab (UEA). Selain itu, Jatim juga akan mengupayakan penggunaan Local Currency Settlement (LCS) untuk transaksi perdagangan, sebagai bagian dari upaya memperbaiki kinerja ekonomi di masa depan.**