Investasi Berlian, Begini Cara Mengelolanya
BI – Investor kaya berburu berlian seiring meningkatnya laju inflasi di sejumlah negara. Ada anggapan, berlian pink sebagai aset investasi langka yang memiliki nilai abadi dan tak tergerus inflasi.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong melihat, harga berlian tidak tergerus inflasi. Namun, walau harga rata-rata berlian mengalami peningkatan dari tahun 1960 hingga saat ini, namun kenaikan inflasi secara kumulatif juga serupa.
Ia mencermati, kenaikan harga berlian sejak 1960-2020 kurang dari 4,3% per tahun. Artinya, tidak terlalu jauh dari rata-rata inflasi tahunan Amerika Serikat (AS).
“Sehingga kenaikan riil pada harga berlian sangatlah kecil,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (27/10).
Selain itu, ia menyebutkan selisih harga jual atau spread juga sangat besar. Lukman mencontohkan, apabila pemilik berlian menjual kembali ke pedagang maka diskon harga bisa mencapai 50%-300%.
Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto juga tidak sepenuhnya setuju bahwa harga berlian tidak tergerus inflasi. Menurutnya, berlian merupakan investasi barang, sehingga perlu penangangan dan valuasi khusus.
“Bisa saja nilainya turun bila tidak ditangani dengan benar,” katanya.
Financial planner & crypto enthusiast Aidil Akbar Madjid juga sepakat bahwa harga berlian mengalahkan inflasi. Pasalnya, komoditas berlian memiliki kartel sehingga berlian dibuat sengaja terbatas yang bertujuan meningkatkan harganya.
“Harganya tidak mengalahkan inflasi secara natural. Harganya memang dibikin menguat dengan supply yang sedikit sehingga diburu,” tambahnya.
Untuk pasar berlian, Aidil melihat di Indonesia kecil jika dibandingkan dengan luar negeri.
Ia mencontohkan di AS. Pasar berlian di AS besar lantaran sejak 1920 toko-toko berlian mengkampanyekan berlian sebagai bentuk cinta, sehingga berlian banyak digunakan untuk pertunangan dan sebagainya.
Semetara, di Indonesia juga mulai ada akibat konvergensi budaya, tetapi masih terbilang kecil. Sebab, ada kesadaran harganya yang turun saat dijual kembali.
Menurut Aidil, jika ingin berinvestasi pada berlian sebaiknya investor memburu yang minimal memiliki 1 karat dan besar 1 gram. Dijelaskan, untuk berlian di bawah 1 gram atau yang lebih dikenal berlian pasir atau berlian pecahan harganya murah.
“Kalau untuk yang sekitar 1 gram, harganya saat ini sekitar Rp 180 juta – Rp 220 juta per karat dan ini bisa dipakai investasi karena ada sertifikatnya yang berisikan penjelasan 4C (Carat, Clarity, Colour, Cut) sebagai standar,” terangnya.
Bahkan, ia menyarankan sebaiknya memburu berlian dengan karat besar lantaran harganya tidak linier. Aidil bilang, jika harga 1 karat berlian sebesar Rp 100 juta, maka harga Rp 3 karat bisa mencapai Rp 1 miliar.
“Harganya tidak linier karena sebagai hasil tambang, batunya sulit untuk didapatkan,” sebutnya.
Namun, Eko juga mengingatkan jika ingin berinvestasi pada berlian sebaiknya investor yang agresif. Investor juga diharapkan untuk memegangnya untuk jangka yang panjang.
“Karena memang masih prospektif, asalkan dikelola dan diperlakukan sesuai karakteristiknya sebagai aset investasi barang koleksi,” sebutnya.
Bagi investor agresif, disarankan dari total aset risiko tinggi mengalokasikan 48%-50% alokasinya di berlian.
“Jadi bisa bersanding dengan saham atau produk investasi jangka panjang lainnya karena potensi hasilnya bisa sangat besar walau risikonya juga tinggi,” imbuhnya.**