Dampak Boikot Produk Pro-Israel: Penjualan Ritel Anjlok 3-4%
BI – Dalam 1 minggu terakhir, aksi boikot produk pro-Israel masih terus bergema di Tanah Air, dan pengaruhnya terhadap penjualan ritel mulai terasa. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy N Mande, menyampaikan bahwa penjualan di toko ritel mengalami penurunan sekitar 3-4% sebagai akibat dari aksi boikot tersebut.
Data ini baru perkiraan dan belum sepenuhnya akurat, mengingat gencarnya aksi boikot yang baru terjadi dalam kurun waktu 1 minggu terakhir. Roy menegaskan bahwa data ini memerlukan waktu untuk dikumpulkan dari toko dan inventaris, sehingga belum dapat dianggap sebagai data yang final.
Dampak paling terasa terjadi di toko ritel di daerah-daerah, dan Roy mengingatkan bahwa jika pemerintah tidak segera mengambil tindakan, dampak negatif ini bisa meluas hingga mengganggu industri hulu dan bahkan berpotensi menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Roy menyoroti bahwa operasional perusahaan yang terganggu juga berpotensi mempengaruhi minat investor terhadap perusahaan-perusahaan terkait. Jika produksi perusahaan terhenti, sahamnya dapat tergerus, berdampak pada minat investor, produktivitas, investasi, dan ketahanan tenaga kerja.
Pemerintah diharapkan untuk segera mengambil langkah-langkah dalam misi perdamaian dan kemanusiaan, melibatkan masyarakat untuk mencegah meluasnya aksi boikot. Dengan begitu, dampak negatif pada masyarakat dan konsumen dapat dihindari.
Sebagai catatan, aksi boikot terus digaungkan di Indonesia, terutama setelah Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerbitkan fatwa yang mewajibkan dukungan terhadap Palestina, termasuk dengan tidak membeli produk Israel maupun pendukungnya.