Harga Gula Masih Mahal Meski Ada Musim Giling Tebu, Ini Biang Keroknya

0
74

BI-Direktur Utama Holding BUMN Pangan ID Food Sis Apik Wijayanto membeberkan penyebab harga gula pasir belum bisa turun signifikan meskipun musim giling tengah berlangsung.

Sis Apik mengakui bahwa adanya keterlambatan giling tebu menjadi salah satu faktor penyebab harga gula belum kembali murah. Selain itu, rendahnya rendemen gula di awal musim giling juga ikut jadi biang keroknya.

“Kemarin ada keterlambatan giling dan juga rendemen yang di awal masih rendah, itu intinya,” ujar Sis Apik saat ditemui usai rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR-RI, Rabu (10/7/2024).

Kendati begitu, dia optimistis harga gula akan segera melandai saat produksi cenderung mulai stabil.

“Kalau stok produksi sudah bagus dan stabil rendemennya bagus, dan pasokan cukup saya kira akan segera turun [harga gula],” ucapnya.

Adapun, ID Food dalam rapat dengar pendapat hari ini bersama Komisi VI DPR-RI mengajukan penyertaan modal negara (PMN) tunai untuk tahun depan sebesar Rp1,6 triliun.

Namun, Sis Apik menyebut bahwa PMN yang diajukan tersebut bakal seluruhnya digunakan untuk modal kerja seperti pembelian stok gula dan komoditas pangan strategi lainnya. Artinya, PMN tersebut dipastikan tidak akan digunakan untuk upaya peningkatan rendemen tebu agar produksi gula melonjak.

“Untuk modal kerja aja bukan untuk investasi, mungkin dari sisi perbaikan sarana prasaran kita akan menyesuaiakan mungkin dari margin yang kita peroleh,” jelasnya.

Menyitir Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), rata-rata harga gula pasir hari ini masih di level Rp18.030 per kilogram. Harga gula saat ini masih lebih tinggi 24,2% dibandingkan harga rata-rata gula pada Juli 2023 sebesar Rp14.510 per kilogram.

Diberitakan Bisnis.com, Jumat (28/6/2024), pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) resmi memperpanjang relaksasi harga acuan penjualan (HAP) gula pasir di tingkat konsumen.

Dalam Surat Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan No. 425/TS.02.02/B/06/2024 yang dikeluarkan pada 26 Juni 2024 menyatakan bahwa relaksasi harga gula pasir di ritel modern sebesar Rp17.500 per kilogram dilanjutkan usai 30 Juni 2024. Sementara untuk harga gula pasir di ritel wilayah Maluku, Maluku Utara, Papua, dan wilayah tertinggal, terluar, terpencil dan perbatasan (3TP) ditetapkan harga relaksasi gula sebesar Rp18.500 per kilogram.

Selain itu, harga penjualan gula di tingkat produsen/petani ditetapkan sebesar Rp14.500 per kilogram hingga 31 Oktober 2024. Adapun, Bapanas dalam surat tersebut menyebutkan bahwa perpanjangan relaksasi harga penjualan gula pasir itu dilakukan untuk menjaga ketersediaan, stok, pasokan dan harga gula konsumsi di ritel modern.**

Leave a reply