Usaha Penetasan Telur Bebek Hibrida di Tulungagung Menjanjikan

BI-Memahami pasar dan tidak kenal menyerah menjadi kunci Ahmad Shidiq (34) warga Desa Sukorejo, Karangrejo, Tulungagung dalam menjalankan bisnis penetasan telur bebek hibrida. Dalam satu bulan ia mampu memproduksi ribuan anak bebek atau Day Old Duck (DOD).
Secara teliti Ahmad Shidiq dan karyawannya tampak sibuk memilah ribuan telur bebek untuk ditetaskan di dalam mesin inkubator. Pengalaman bertahun-tahun dalam menggeluti usaha unggas mempermudahnya dalam mengidentifikasi telur berkualitas baik dan buruk.
“Telur ini kami produksi sendiri, ada ribuan induk bebek yang setiap hari bertelur. Agar bisa ditetaskan maka harus ada pejantannya yang membuahi, sehingga telurnya menjadi subur atau fertil,” kata Ahmad Shidiq, Senin (24/3/2025).
Telur-telur yang telah siap selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin inkubator otomatis berkapasitas 18 ribu butir. Proses pengisian telur biasanya dilakukan sepekan sekali, tujuannya agar penetasan bisa bergiliran.
“Satu mesin ini kapasitasnya 6.000 butir. Total kami ada tiga mesin. Mesin-mesin ini kami bikin sendiri sehingga bisa menghemat biaya,” ujarnya.
Meski bikinan sendiri, operasionalnya tergolong canggih, karena mampu menjaga stabilitas suhu oada kisaran 37-39 derajat Celcius. Tatakan telur juga bisa bergerak otomatis untuk menggeser kemiringan telur.
“Empat hari setelah dimasukkan inkubator kami cek, mana telur yang bisa menetas dan tidak. Kalau yang bisa menetas itu saat disenter terlihat jaringan pembuluh darahnya seperti akar,” imbuhnya.
Selama sepuluh tahun menggeluti bisnis ini, Shidiq mengaku tingkat keberhasilannya penetasan rata-rata di atas 70 persen.
DOD (anakan bebek yang berusia 1-7 hari) selanjutnya dilakukan proses penyortiran. Hal ini untuk memisahkan antara anakan yang berkualitas dengan yang cacat. Khusus DOD yang kurang sempurna biasanya akan dipelihara sendiri.
“Untuk DOD, sudah ada distributor yang ambil ke sini. Kemudian disalurkan kepada para peternak bebek pedaging yang menjadi mitranya,” jelasnya.
Satu ekor DOD saat ini dijual antara Rp 8.000-9.000. Harga jual tersebut cenderung stabil dan mampu menghasilkan laba yang cukup kompetitif.
Ia mengaku salah satu kunci keberlangsungan usahanya adalah pangsa pasar yang jelas. Menurutnya pemasaran wajib dikuasai terlebih dahulu sebelum menjalankan sebuah bisnis. Produksi yang besar tanpa adanya pangsa pasar justru akan mempercepat bisnis untuk gulung tikar.
“Dulu itu saya pernah usaha tanpa tahu pasarnya, ya nggak jalan. Kemudian ada kenalan distributor, Alhamdulillah bisa jalan sampai sekarang,” jelasnya.
Saat ini DOD produksi Shidiq dipasok ke beberapa daerah, antara lain Tulungagung, Kediri, Trenggalek dan Blitar.
Kata dia, usaha unggas tidak semudah membalikan telapak tangan, keuletan harus dipegang teguh oleh setiap pengusaha. Sehingga jika mengalami kendala tidak mudah putus asa.
“Penguasaan pasar ini penting, kalau permodalan kan bisa pinjam,” kata Shidiq.
Menurutnya beberapa kendala yang dihadapi dalam bisnis ini adalah munculnya predator biawak dan tikus. Keduanya sering kali mencuri telur dan DOD.
“Untuk biawak bisa kami kendalikan dengan pagar pembatas,” ujarnya.
Selain itu ketersediaan induk bebek hibrida yang berkualitas juga menjadi tantangan tersendiri. Ia mengaku pasokan induk sering terhambat karena kualitas yang tidak sesuai harapan.
“Indukan itu kalau yang jelek pengaruhnya ke produksi telur,” jelasnya.
Shidiq menambahkan sebagai pengusaha muda, ia juga harus mampu mengambil celah agar tidak mengalami kerugian. Telur yang tidak lolos untuk penetasan diolah menjadi telur asin.
“Alhamdulillah lumayan juga hasilnya. Untuk telur asin kami pasarkan di sekitar Tulungagung sini saja,”
Pada momen Ramadan dan Idul Fitri jumlah permintaan DOD dari peternak mengalami peningkatan. Dari sebelumnya 1.000 ekor per minggu menjadi 1.500 ekor per minggu.
“Kuliner malam pada saat puasa itu mengalami peningkatan, sehingga peternak juga meningkatkan produksi. Pada peternak sudah antisipasi, kalau mau panen saat puasa ya ambilnya sebelumnya,” jelas Shidiq.
Untuk menjadi bebek pedaging siap jual, para peternak harus melakukan pemeliharaan selama 40 hari dengan pasokan pakan dan gizi yang cukup.***