UMKM Tinggalkan Digital, Produk Impor Jadi Penyebab

BI-Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Diana Dewi mengamati, UMKM dalam negeri mulai meninggalkan platform digital. Banyak pelaku usaha mikro tidak lagi aktif memasarkan produknya lewat e-commerce maupun media sosial.
Menurut Diana, penyebab utama adalah membanjirnya produk impor dari Tiongkok di platform digital Indonesia. Produk-produk itu dijual murah oleh para reseller, membuat UMKM lokal kalah bersaing di pasar online.
“Barang Tiongkok tampilannya bagus, tapi kualitasnya tidak lebih baik. Harganya jauh lebih murah, membuat konsumen kita lebih memilih produk luar,” ujar Diana, kepada RRI Pro3, Senin (26/5/2025).
Ia menyayangkan sikap konsumen yang lebih memilih produk murah tanpa mempertimbangkan kualitas lokal. Kondisi ini memaksa banyak UMKM mundur dari pasar digital dan kehilangan potensi pasar besar.
Diana menilai, pemerintah harus memberi proteksi bagi UMKM dari serbuan produk impor. Jika tidak, UMKM terus terpukul dan kehilangan daya saing di pasar dalam negeri.
Disarankan pembatasan barang impor lewat jalur online maupun offline melalui regulasi yang ketat. “Regulasinya harus jelas dan pelaksanaannya harus tegas agar UMKM punya ruang berkembang,” katanya.
Langkah lain, lanjutnya, adalah insentif produksi agar biaya UMKM bisa ditekan dan harga bersaing. Edukasi juga perlu diberikan agar kualitas produk lokal meningkat dan bisa bersaing dengan barang impor.
“Setelah pandemi, ada tren konsumen kembali ke toko offline,” ujarnya menanggapi perubahan pola belanja. Menurutnya, kondisi ini turut membuat UMKM lebih memilih buka toko fisik daripada bertahan di platform digital.
Diana menyebut banyak pelaku usaha kini merasa konsumen lebih nyaman melihat dan mencoba produk langsung. Karena itu, sebagian UMKM mulai beralih lagi ke model konvensional dan menurunkan aktivitas digitalnya.
Sementara itu, Menteri UMKM Maman Abdurrahman berencana membentuk holding untuk menekan biaya produksi UMKM. Program ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing produk lokal di tengah gempuran barang impor.
Maman menegaskan, tantangan terbesar UMKM saat ini adalah akses pasar yang makin padat oleh produk murah Tiongkok. Sebab, tanpa solusi konkret, UMKM akan terus tertekan dan sulit tumbuh dalam ekosistem digital Indonesia.***