Harga Komoditas Melonjak, Penguatan Dolar Jadi Penyebab Utama
BI – Melonjaknya harga semua komoditas impor disebabkan oleh penguatan mata uang dolar terhadap rupiah, demikian diungkapkan oleh Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi. Pernyataannya tersebut disampaikan di Komplek PT Pupuk Kujang, Cikampek, Jawa Barat pada Sabtu (11/11/2023).
Arief menjelaskan bahwa kondisi saat ini memerlukan upaya pemerintah untuk menjaga ketersediaan komoditas. Salah satu contohnya adalah komoditas gula pasir yang saat ini mencapai harga US$ 27 sen atau setara dengan Rp 423.738 per pon, mengingat kenaikan nilai mata uang dolar terhadap rupiah.
“Nomor satu adalah availabilty stok dulu. Itu nomor satu. Karena harga dunia sedang naik. Jumlah (harga gula pasir) mencapai US$27 sen atau per pon. Itu (data) terakhir,” terang Arief.
Menyikapi kondisi tersebut, Arief menekankan pentingnya peningkatan produksi pangan dalam negeri sebagai solusi untuk mengatasi kenaikan harga komoditas impor. Upaya meningkatkan angka produksi di dalam negeri dianggapnya sebagai langkah yang perlu diambil dalam menghadapi tantangan tersebut.
Dalam konteks ini, data dari Panel Harga Pangan milik Bapanas mencatat bahwa harga rata-rata kedelai biji kering (impor) meningkat dari Rp 12.700/kg pada Jumat (10/11) menjadi Rp 15.000/kg pada Sabtu (11/11) secara nasional. Sementara itu, harga bawang putih bonggol meningkat dari Rp 50.000/kg pada Jumat (10/11) menjadi Rp 60.000/kg pada Sabtu (11/11) secara nasional.
Pemerintah berfokus pada upaya peningkatan produksi dalam negeri sebagai strategi untuk menanggulangi dampak dari fluktuasi nilai tukar mata uang terhadap harga komoditas impor.