Petani Kediri Ekspor Perdana 15 Ton Serbuk Wijen ke Korea Selatan

BI-Seorang petani dan pengolah biji wijen asal Desa Wonorejo Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri Jawa Timur, mengekspor 15 ton sesame powder atau serbuk wijen ke Korea Selatan. Pengiriman serbuk wijen ini untuk memenuhi kebutuhan pokok warga negeri ginseng tersebut mulai dari makanan, minyak, obat dan kosmetik.
Petani sekaligus pemilik usaha pengolahan tepung biji wijen Mochammad Ghufron mengatakan jika wijen sangat diminati di Korea. Dia mengaku baru kali ini mengekspor wijen ke Korea Selatan.
“Alhamdulillah hari ini bisa diberangkatkan 15 ton wijen yang sudah diolah untuk dikirim ke Korea Selatan,” kata Ghufron, kepada Beritasatu.com, Jumat (10/10/2025).
Menurut Ghufron peluang pengiriman wijen kata Ghufron ke negara Korea Selatan masih memiliki peluang sangat besar. Kebutuhan wijen di Korea masih sangat tinggi. Dia mengungkapkan dalam sebulan Korea membutuhkan 600 ton wijen.
“Di Korea, wijen menjadi kebutuhan pokok. Selain minyak dan makanan, juga dipakai untuk obat dan kosmetik,” kata dia.
Ghufron mengaku untuk saat ini dirinya hanya mampu mengekspor 15 ton serbuk wijen, tetapi untuk bulan depan dia akan kembali mengekspor ke Korea 20 ton serbuk wijen.
“Rencananya saya akan ekspor serbuk wijen ke Korea Selatan 2 kali dalam sebulan,” ujarnya.
Dia menjelaskan peluang pengiriman wijen ke negara Korea Selatan masih sangat besar. Kebutuhan wijen ini menduduki posisi kedua setelah gingseng.
Dia menyebut wijen hasil pertanian di Tanah Air sangat diminati Korea, sehingga jika masyarakat di Indonesia bersedia menanam, maka pasarnya cukup lebar dan luas.
“Kebutuhannya masih tinggi, kami siap menerima dalam jumlah banyak untuk di olah dan dikirim ke sana,” jelasnya.
“Indonesia sebagai daerah yang subur untuk tanaman jenis wijen ini sangat berpeluang untuk menjadi penyuplai,” kata Ghufron.
Untuk itu, bapak satu anak ini mengajak petani yang memiliki lahan tidak produktif bisa memilih wijen sebagai tanaman alternatif. “Perawatan mudah dan panen cepat,” tandasnya.
Pria asli Kediri ini pun siap menerima berapapun jumlah hasil panen dari petani. Dengan harga kompetitif, dirinya siap menerima pengiriman berapapun jumlahnya.
Di lokasi pengolahan, sudah ada beberapa mesin sederhana yang digunakan. Mesin-mesin ini digunakan untuk sortir hingga pembersihan wijen dari sampah daun dan bebatuan. Wijen yang sudah masuk dalam pengolahan akan dikemas dalam karung karung berukuran 20 kilogram.
Ghufron memberikan penawaran kepada para petani untuk kontrak tanam. Dirinya akan memberikan bibit dan membeli hasil panen dari petani. “Kita akan siapkan kontrak pembelian dengan petani bagi berminat,” imbuhnya.
Saat ini pihaknya sudah membangun jejaring petani di sejumlah daerah, baik di Jawa Timur maupun daerah lain yang bisa ditanami tanaman wijen. “Tanah-tanah marjinal ini menjadi peluang tanaman wijen,” imbuhnya.
Untuk kontrak dengan petani, Ghufron akan menyediakan bibit dan bisa dibayar saat panen. Sedang untuk lahan dan pemupukan bisa dilakukan oleh petani secara secara mandiri.
Karakter tanaman wijen adalah perdu (tanaman pagar). Tanaman yang mudah tumbuh dan berkembang dengan jenis lahan marjinal. Perawatan mudah dan pertumbuhan cepat.
“Hanya butuh waktu 103 hari sudah bisa dipanen dan menghasilkan. Kandungan nutrisinya juga cukup tinggi,” pungkasnya.***













