Presiden Jokowi Kaget Ada Baju Impor Dijual Rp5 Ribu di E-commerce
BI – Presiden Jokowi mengaku kaget ada baju impor dijual dengan harga murah Rp5 ribu di e-commerce. Ia menegaskan bahwa hal ini merupakan praktik predatory pricing atau menjual rugi dengan banting harga secara ekstrem.
Presiden juga menekankan agar Indonesia menjadi produsen, bukan hanya konsumen. Saat ini, kata Presiden, 123 juta masyarakat menjadi konsumen di pasar digital yang 90 persen barangnya berasal dari barang impor.
“Kalau produk kita ditaruh di e-commerce masih bagus, tapi 90 persen barang impor karena harganya sangat murah. Bahkan baju, kemarin ada yang dijual berapa? Rp5 ribu, artinya di situ ada predatory pricing, sudah mulai bakar uang yang penting menguasai data, menguasai perilaku. Ini semua kita harus mengerti mengenai ini,” kata Jokowi tegas.
Presiden pun mengingatkan masyarakat Indonesia agar tidak terkena penjajahan modern melalui penguasaan ekonomi. Produk Indonesia, harus menguasai pasar dalam negeri dan bahkan luar negeri.
“Syukur kita bisa masuk ekspor ke negara-negara, enggak usah jauh-jauh, di ASEAN dulu kita kuasai. Jangan sampai kita terlena, dalam hitungan bulan, enggak mau saya terkena penjajahan era modern. Jangan mau kita terkena juga kolonialisme di era modern ini. Kita enggak sadar, tahu-tahu kita sudah dijajah secara ekonomi,” tandasnya.
Ia menegaskan, kedaulatan digital Indonesia harus dilindungi dengan menjaga aset digital dan terus mempertahankan produk lokal di pasar digital. “Kita harus melindungi kedaulatan digital kita dan betul-betul kita pertahankan yang namanya kandungan lokal, barang lokal. Kalau enggak bisa 100% barang kita, ya paling tidak 90%, 80% kandungan lokalnya. Jaga betul yang namanya aset digital kita, jaga betul data, informasi, akses pasar, semuanya,” ujarnya.
Indonesia sendiri memiliki potensi ekonomi digital yang sangat besar, mencapai US$44 miliar tahun 2020, US$77 miliar tahun 2022, dan diproyeksikan mencapai US$146 miliar pada 2025 dan US$360 miliar tahun 2030. Potensi ini harus bisa dimanfaatkan oleh pasar dalam negeri.
“Kalau yang namanya Digital Economy Framework Agreement di ASEAN ini bisa diselesaikan negosiasinya tahun 2025 yang angkanya terakhir tadi, yang US$360 miliar itu akan menjadi dua kali lipat, artinya, US$720 miliar. Kalau dirupiahkan Rp11.250 triliun potensi ekonominya, sangat besar sekali,” ujar Presiden.
Ia menekankan pentingnya untuk mempersiapkan talenta-talenta digital agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar dalam ekonomi digital. Untuk menyiapkan pemain-pemain ini memerlukan kerja keras, karena dibatasi oleh limit waktu.
“Kita harus jadi pemain. Teman-teman saya menyampaikan, waktunya hanya dua tahun, dari tahun kemarin, pertengahan tahun kemarin, hanya dua tahun. Bagaimana kita bisa menyiapkan talenta-talenta digital kita? Ini yang bukan barang yang mudah,” ujarnya.**