Permintaan Kredit Pemilikan Rumah Masih Lesu, Ini Penyebabnya

0
10

BI-Di tengah daya beli yang masih tertekan, permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) juga ikut melesu.

Hal ini tercermin berdasarkan data Bank Indonesia (BI) pada lima bulan pertama tahun ini atau Mei 2025, penyaluran KPR tumbuh terbatas atau hanya tumbuh 8% secara tahunan atau year on year (YoY) mencapai Rp 810,1 triliun dari bulan sebelumnya atau April 2025 yang tumbuh 8,5% mencapai Rp 806,7 triliun.

Perlambatan KPR ini dinilai menjadi salah satu alasan BI memangkas suku bunga acuan (BI Rate) pada Mei 2025 sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5%.

Bank Indonesia mendorong perbankan untuk segera menurunkan suku bunga kredit guna mempercepat penyaluran pembiayaan ke sektor riil dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan juga mengamini, penyebab melesunya permintaan kredit pemilikan rumah karena daya beli yang belum sepenuhnya membaik.

“Saya rasa kredit konsumsi yang pertumbuhannya masih tinggi terkait dengan konsumsi masyarakat dan yang lesu terkait dengan konsumsi barang-barang mahal seperti KPR dan KKB,” kata Trioksa kepada kontan.co.id.

Menurutnya, kondisi ini masih akan berlanjut di tahun ini, di tengah kondisi ekonomi yang belum pulih. Oleh karena itu, Perbankan disarankan untuk memperkuat likuiditas dan efisiensi operasional sehingga bunga kredit dapat lebih rendah.

Hal yang sama terjadi di PT Bank Central Asia (BCA) dimana pertumbuhan penyaluran kredit pemilikan rumah pada kuartal I-2025 lebih rendah dari pertumbuhan penyaluran kredit pada kuartal I-2024 lalu.

BCA tercatat telah menyalurkan KPR sebesar Rp 135,5 triliun pada kuartal I-2025, meningkat sebesar 10,5% jika dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya. Namun jika dibandingkan dengan peningkatan pada kuartal I pada tahun 2024 lalu yakni sebesar 11%, pertumbuhan KPR pada awal tahun 2025 mengalami tren penurunan.

EVP Consumer Loan BCA, Welly Yandoko mengatakan, hal ini terjadi seiring dengan kondisi pasar yang mengalami kelesuan.

“Tren penurunan ini dipengaruhi antara lain oleh kondisi makroekonomi yang kurang baik sehingga menyebabkan perlambatan ekonomi Indonesia yang cukup berdampak kepada melemahnya daya beli dan turunnya permintaan kredit,” tutur Welly.

Selain itu, menurutnya kondisi likuiditas bank-bank yang saat ini cukup ketat dan tingkat NPL yang cenderung meningkat, membuat bank memiliki keterbatasan dalam menyalurkan kredit dengan bunga murah, sementara faktor suku bunga menjadi pertimbangan utama bagi nasabah dalam mengambil KPR.

Terlihat, KPR BCA juga mengalami kenaikan NPL menjadi 1,54% per Maret 2025, naik sebesar 0,28% jika dibandingkan dengan akhir tahun 2024 lalu.

“Melihat kondisi global yang tidak menentu sehingga membuat makroekonomi menjadi tidak stabil, membuat NPL masih berpotensi naik,” kata Welly.

Namun BCA masih tetap menargetkan agar tingkat NPL masih tetap terjaga dengan selalu menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan, dengan melakukan analisa mendalam terhadap calon debitur untuk memastikan kelancaran pembayaran, memperkuat sistem Know Your Customer, dan analisa terkait nilai dan area property untuk memastikan jaminan bisa mengcover nilai kredit yang diberikan.

Selain itu, BCA juga disiplin melakukan monitoring ketat terhadap kredit bermasalah dengan segera mengambil tindakan penyelesaian yang diperlukan bila kredit bermasalah sudah tidak tertolong lagi.

Mempertimbangkan tantangan-tantangan yang perlu dihadapi pada tahun 2025 ini, membuat manajemen BCA menentukan target penyaluran kredit tahun ini moderat sebesar 6%-8%.

Dalam menggenjot penyaluran KPR, selain adanya kebijakan dari pemerintah yang mendukung dalam penyaluran kredit property, KPR BCA kata Welly secara konsisten hadir di masyarakat melalui event seperti expo, di mana pihaknya menyediakan berbagai pilihan suku bunga dan benefit lainnya yang menarik.

“KPR BCA juga terus berusaha meningkatkan layanan terbaik kami. Kami terus meningkatkan kerja sama dengan rekanan Developer dan Broker yang terpercaya dan mengoptimalkan jaringan Kantor-Kantor Cabang kami yang tersebar di seluruh Indonesia,” jelas Welly.

Sementara PT Bank Mandiri mencatat, hingga Mei 2025 realisasi penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebesar Rp 66,97 triliun, tumbuh 14,21% secara tahunan (year on year/YoY).

Corporate Secretary Bank Mandiri M. Ashidiq Iswara mengatakan, capaian ini menjadi indikator positif atas konsistensi Bank Mandiri dalam memperluas akses pembiayaan perumahan, sekaligus menunjukkan efektivitas strategi ekspansi yang berkelanjutan dalam mendorong kepemilikan rumah di berbagai segmen masyarakat.

“Bank Mandiri optimis tren pertumbuhan ini masih akan berlanjut hingga akhir tahun, sejalan proyeksi ekonomi yang membaik dan strategi ekspansi yang terarah,” ungkap pria yang akrab disapa Ossy ini. ***

Leave a reply