Permintaan Domestik sebagai Pendorong Utama Pemulihan Ekonomi

0
82

BI – Pertumbuhan ekonomi tahun 2023, yang diperkirakan berada dalam kisaran 4,5-5,3%, dipicu oleh konsumsi dan investasi yang beriringan dengan percepatan belanja pemerintah di akhir tahun serta penyelesaian beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN).

Menurut Asisten Gubernur Bank Indonesia, Erwin Haryono, pada tahun 2024, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan meningkat dalam kisaran 4,7-5,5%, didukung oleh permintaan domestik terutama pertumbuhan konsumsi yang berlanjut, termasuk efek positif penyelenggaraan pemilu, dan peningkatan investasi khususnya di sektor bangunan sejalan dengan pembangunan PSN termasuk Ibu Kota Nusantara (IKN).

Sementara prospek ekspor masih belum kuat karena dampak perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas, sektor-sektor seperti Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran, Informasi dan Komunikasi, Konstruksi, serta Transportasi dan Pergudangan diproyeksikan akan tetap tumbuh baik.

Dalam konteks spasial, pertumbuhan yang signifikan diantisipasi akan terjadi di seluruh wilayah, terutama di Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua) berkat dampak positif hilirisasi mineral, dan di Jawa karena permintaan domestik yang masih tinggi.

Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi antara stimulus fiskal pemerintah dan stimulus makroprudensial Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama dari sisi permintaan domestik.

Pada tahun 2023, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diperkirakan akan mencatat surplus yang mendukung ketahanan eksternal. Surplus neraca perdagangan pada Desember 2023 mencapai 3,3 miliar dolar AS karena kinerja ekspor komoditas utama Indonesia yang tetap kuat, seperti batu bara dan besi serta baja.

Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2023 meningkat menjadi 146,4 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta melebihi standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Di tahun 2024, NPI diperkirakan akan tetap surplus dengan defisit transaksi berjalan yang rendah dalam kisaran 0,1% sampai 0,9% dari PDB. Sementara itu, surplus neraca transaksi modal dan finansial diperkirakan akan berlanjut didukung oleh aliran masuk modal asing seiring dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik yang lebih baik dan imbal hasil investasi yang menarik.

Stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga, sejalan dengan kebijakan moneter yang konsisten dari Bank Indonesia. Nilai tukar Rupiah hingga 16 Januari 2024 relatif stabil, hanya mengalami pelemahan sebesar 1,24% dari akhir Desember 2023, dengan dukungan kebijakan stabilisasi dari Bank Indonesia dan kembalinya aliran portofolio asing, sejalan dengan tetap menariknya imbal hasil aset keuangan domestik dan prospek ekonomi Indonesia yang positif.

Leave a reply